Semarang – Sastrawati Tien Kartinah Sri Samodraningsih asal Semarang yang sering menggunakan nama pena Ibu Uun ini bakal merayakan hari jadinya yang ke- 80. Peringatan hari ulang tahunnya yang bakal digelar di Balai Kelurahan Petompon, Gajahmungkur, Semarang, Minggu (24/11/2024) ini akan ditandai dengan peluncuran buku puisi bertajuk : “Sepanjang Jalan Kenanganku” terbitan Kosa Kata Kita (Jakarta) yang disunting Didiek Soepardi , M.S.
Ibu Uun mengatakan peluncuran buku ini sebagai penanda ucapan syukur diberi talenta oleh yang Maha Kuasa ketrampilan menulis. Ibu Uun menambahkan buku “Sepanjang Jalan Kenanganku” yang berisi 80 puisi ini merupakan bab kehidupan dan lembar peristiwa yang dialaminya. Ibu Uun membeberkan dalam perjalanan hidup kita diberi rasa bahagia dan merasa sengsara.Namun bila kita ikhlas menerimanya , maka perjalanan yang berat menjadi ringan.
“Anak-anakku, cucu-cucuku, terima kasih karena kalian telah memberi ibu, nenek kalian ini anugerah yang tiada tara indahnya, dan ini tak dapat diungkapkan dengan kata,” ujar Ibu Uun penuh rasa syukur.
Ibu Uun menadaskan buku “Sepanjang Jalan Kenanganku” ini merupakan kisah perjalanan ibumu, nenekmu bagian dari kehidupan kalian. “kuhadiahkan buku ini untuk kalian semua sebagai kenang-kenangan. Semoga kalian senang menerimanya,” pesannya untuk anak – cucunya.
Ibu Uun menambahkan dalam peluncuran buku itu ada gelaran acara bedah buku menghadirkan Nia Samihono (Ketua Umum Satupena DKI Jakarta) dengan Moderator Didiek Soepardi , M.S. (Penyunting).
Helat syukuran HUT ke-80 Ibu Uun itu bakal dimeriahkan dengan acara pentas nyanyi antara lain oleh Pia Cipta, Syifa, dan Faeka, baca puisi antara lain oleh, Ibu Uun, Didirt Jeepe, Driya Widiana M.S, Asmariah Supriyadi, Solihati dan Sony Laksono.
Beberapa sastrawan menyampaikan testimoni atas terbitnya buku puisi “Sepanjang Jalanan Kenanganku” karya Ibu Uun. Kurniawan Junaedhi satrawan yang juga bos penerbit Kosa Kata Kita mengatakan, buku puisi ini layak kita sebut sebagaisemacam sebuah buku puisi autobiografi, sebuah perjalanan kenang yang kata penyairnya mirip bayang, yang “tak hilang ketika gelap datang”, dan yang kaya akan perenungan.
Ada testemoni penggagas Antologi Puisi Menolak Korupsi, Heru Mugiarso, mengatakan begitu menikmati puisi-puisi yang merawatkenangan pribadi tapi juga protes soasial. “Saya terhenyak ketika membaca biodata beliau ternyata pernah menjadi laskar penyair Wanita Puisi Menolak Korupsi.
Sementara itu,Gunoto Saparie, Ketua Satupena Jawa Tengah, menandaskan puisi-puisi Ibu Uun adalah sajak-sajak yang resah, tetapi bukannya tidak indah. “meskipun metafora-metafora tanpa kjutan, bahkan di sana sini cenderung klise, bukannya tidak menarik untuk dibaca,” ungkap Gunoto. (Christian Saputro)




