Sumaterapost.co | Sumut – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Binjai, Assoc Prof Dr HM Jamil Siahaan, tampil sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan Muzakarah Ramadan 1443 Hijriah dengan tema Ramadan dan Relevansi dalam Kehidupan Beragama, Berbangsa, dan Bernegara, yang digelar di Kantor Sekretariat MUi Kota Binjai, Minggu (03/04/2022) pagi.
Pada kesempatan tersebut, Rektor Universitas Al-Washliyah (UNIVA) Medan ini menguraikan empat makna Ramadan yang dikaitkan dengan konteks kebangsaan. Pertama, kata Jamil, Ramadan tidak lepas ibadah puasa. Dalam Alquran, puasa diistilahkan sebagai as-soum dan as-siam. Dalam hal ini, maka puasa harus dimaknai sebagai upaya menahan diri dari hal-hal negatif, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua, lanjut Jamil, Ramadan harus dimaknai sebagai momentum menciptakan karya-karya besar. Hal ini berkaitan dengan keistimewaan Ramadan sebagai bulan seribu bulan, serta banyaknya peristiwa sejarah penting yang terjadi saat Ramadan, semisal Perang Badar, Penaklukan Kota Mekah, Penaklukan Konstantinopel dan Andalusia, hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Makna ketiga, menurut jamil, Ramadan erat kaitannya dengan upaya menjaga dan melindungi. Sebab ibadah puasa pada dasarnya diibaratkan sebagai perisai diri. Dengan kata lain, kesucian Ramadan harus mampu disikapi Umat Islam dengan cara menjaga dan melindungi diri pribadi, keluarga, bangsa, dan negara, dari segala potensi keburukan maupun sifat-sifat negatif baik yang tampak maupun tidak.
“Sedangkan poin yang keempat, Ramadan itubharus dimaknai sebagai muhasabah atau sarana introspeksi diri. Makanya selama bulan suci Ramadan, kita Umat Islam, diajak untuk selalu bermuhasabah, baik di siang hari atau saat malam hari,” seru Jamil.
Narasumber lainnya, Assoc Prof. Dr. H. Azhari Akmal Tarigan, yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) mengatakan, dalam konteks kebangsaan, terdapat beberapa persoalan yang dianggap sebagai faktor penghambat pembentukan Indonesia menjadi sebuah negara modern dan demokratis secara utuh.
Beberapa persoalan itu, katanya, berkaitan dengan masih kurangnya pemahaman tentang sejarah bangsa dan kesadaran atas kepemilikan identitas budaya yang sama, perilaku negatif pejabat negara dan rendahnya kepercayaan dan simpati publik terhadap pemerintah, masih kentalnya sentimen keagamaan, suku, dan kelompok, serta belum kokohnya semangat, motivasi, dan visi dalam bernegara.
“Dalam konteks kebangsaan, solusi dari persoalan ini semua haris ada peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM), yang mana hal ini harus direalisasikan dengan membangun generasi bangsa yang tangguh,” ungkap Azhari.
Lebih jauh, dia menekankan pentingnya pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai sarat mutlak membangun kesadaran saling memiliki dan motivasi untuk berkontribusi menumbuhkan rasa kebangsaan yang kuat, semangat kebersamaan sebagai bangsa Indonesia, dan toleransi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Apalagi dinamika persoalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, semisal polemik politik berkepanjangan, pengaruh pemikiran-pemikiran asing yang cenderung negatif dan radikal, degradasi etika, marjinalisasi peran para pemuka agama dan cendikiawan, serta disharmonisasi nilai agama dengan nilai budaya lokal nusantara, turut pula menghambat pembentukan Indonesia menjadi sebuah negara maju.
“Dalam Alquran, konteks kebangsaan dianalogikan melalui istilah ummah atau kata yang merujuk pada suatu kelompok sosial yang memiliki kesamaan visi, serta terikat persamaan bahasa, budaya, dan identitas lain,” terang Azhari.
Bahkan menurutnya, Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasalam sudah sejak lama mencontohkan penerapan konsep kebangsaan. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Piagam Madina. Dalam konteks ini, Rasululllah berupaya membangun semangat persatuan dan kesatuan dalam bingkai pluralisme.
Turut hadir, Walikota Binjai, Drs. H. Amir Hamzah, Kapintaljarahdam I/Bukit Barisan, Kolonel Inf Toto Rahardjo, Wakapolres Binjai, Kompol Denny, Ketua PW DMI Sumatera Utara, H. Irhamuddin Siregar, Ketua IPQAH Kota Binjai, Hm Yusuf, Kepala BAZNAS Kota Binjai, H. Hansarullah, jajaran pengurus MUI tingkat daerah dan kecamatan se-Kota Binjai, para pimpinan Ormas Islam, serta unsur forkopoimda dan OPD Kota Binjai.
(andi)




