Sumaterapost.co – Museum Istano Basa Pagaruyung yang berlokasi di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Adalah bangunan rumah gadang Minangkabau yang merupakan duplikat aslinya, terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk.
Sebelumnya istano ini merupakan bangunan Rajo Alam yang dibakar oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1804.
Setidaknya pada Istano Pagaruyung ini terdapat 11 fungsi yang diembannya dan sepadan pula dengan 11 jumlah anak tangga museum ini.
Di antaranya ialah sebagai lambang kebanggaan dan kebesaran adat Minangkabau, sebagai pusat informasi adat dan Kebudayaan Alam Minangkabau (BAM).
Kini istano Basa Pagaruyung berfungsi sebagai salah satu destinasi andalan pariwisata Sumatera Barat, juga sebagai museum terbuka dan sebagai simbol jati diri orang Minangkabau.
Selain itu, Istano Basa Pagaruyung ini juga berfungsi sebagai pusat informasi sejarah serta dokumentasi dan pastinya sebagai sarana edukasi juga rekreasi.
Penyimpan benda-benda bersejarah dan purbakala. Sebagai pemasukan pendapatan asli daerah, sebagai sarana pemersatu bangsa.
Fungsi ke 11 yaitu sebagai tempat upacara dan seremonial adat, baik bertaraf regional, nasional maupun internasional.
Istana Pagaruyung menurut referensi yang ada, dibangun setelah raja pertamanya Adityawarman dari Dharmasraya pindah ke Pagaruyung.
Kerajaan Pagaruyung berbeda sejarahnya dengan Kerajaan Melayu Minangkabau. Kekuasaan Raja Adityawarman hanya sekitar dalam lingkaran pagar yang pagarnya dibuat dari pohon ruyung.
Di luar pagar pohon ruyung itu yang berkuasa di Minangkabau adalah penghulu di nagari. Tentu yang lebih dekat adalah penghulu Nagari Pagaruyung, (Navis, 1984).
Sumber : M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu. Ketua Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat.




