Demak, Jawa Tengah – Karangawen, Demak – mungkin tak banyak disebut dalam peta industri global. Namun, di tengah hamparan sawah dan denyut kerja para pekerja lokal, berdiri sebuah pabrik yang menjadi simpul penting rantai pasok kecantikan dunia: Techpack Asia.
Pada Jumat (2569/2025), Dubes Fabien Penone diterim Manajemen TEchpack Asia di bawah Pimpinan Markus Henoch.
Kawasan industri itu mendapat sorotan internasional ketika Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, melangkah masuk dengan sebuah pesan sederhana tapi kuat: inovasi harus berdampingan dengan keberlanjutan.
Sejak awal, kunjungan ini bukan sekadar seremoni diplomatik. Ia adalah bentuk pengakuan atas peran Techpack Asia—anak perusahaan Grup Albéa—sebagai pionir kemasan kosmetik ramah lingkungan di Asia Pasifik. Di balik mesin-mesin yang berderu, proses injeksi plastik hingga tahap akhir finishing kemasan diperlihatkan dengan transparan. Penone menyaksikan bukan hanya bagaimana sebuah wadah lipstik atau botol skincare diproduksi, melainkan juga bagaimana visi masa depan sedang dibentuk: produksi yang berkelas dunia sekaligus bertanggung jawab pada bumi.
“Techpack Asia menunjukkan bahwa teknologi, estetika, dan tanggung jawab ekologis bisa berjalan beriringan. Inilah wajah industri yang dibutuhkan dunia,” ujar Penone dengan nada optimistis.
Pabrik Global di Tanah Jawa
Lebih dari 2.500 karyawan mengisi denyut kehidupan pabrik ini. Dari Karangawen, produk-produk Techpack Asia merambah pasar internasional, memenuhi kebutuhan merek-merek kosmetik global yang semakin kritis terhadap isu lingkungan. Setiap kemasan yang lahir di sini adalah hasil persilangan antara presisi teknologi Eropa, kreativitas Asia, dan ketekunan tenaga kerja lokal.
Markus mengatakan Manajemen Techpack Asia menegaskan komitmen pada tiga hal: pengurangan limbah plastik, efisiensi energi, dan inovasi bahan terurai. Langkah-langkah itu bukan sekadar strategi bisnis, melainkan respons terhadap kesadaran konsumen dunia yang kini menuntut green packaging.
Diplomasi Ekonomi yang Menyentuh Akar
Kehadiran Dubes Penone juga membawa makna simbolis: Prancis tidak hanya hadir melalui produk dan investasi, tetapi juga melalui nilai yang diusung—bahwa industri modern tidak boleh abai terhadap keberlanjutan. Di mata banyak pengamat, kunjungan ini adalah bentuk diplomasi ekonomi yang cerdas: memperkuat perusahaan berbasis Prancis, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai mitra strategis dalam agenda global ramah lingkungan.
Tantangan dan Harapan
Di tengah persaingan pasar kosmetik dunia yang kian ketat, Techpack Asia melihat peluang besar. Permintaan akan kemasan inovatif dan berkelanjutan bukan hanya tren sesaat, melainkan arah permanen industri. Dengan basis produksi yang kokoh di Demak, perusahaan ini menargetkan menjadi pusat green packaging internasional.
Namun, tantangan tetap membayangi. Harga bahan ramah lingkungan, dinamika rantai pasok global, hingga regulasi internasional menuntut kelincahan strategi. Meski begitu, dengan dukungan diplomatik dari Prancis dan respons positif pasar global, Techpack Asia melangkah dengan percaya diri.
Dari Demak untuk Dunia
Kunjungan Fabien Penone menggarisbawahi satu kenyataan: inovasi besar tidak selalu lahir di pusat metropolitan dunia. Kadang, ia muncul dari Karangawen—sebuah sudut Demak—yang kini bergaung di panggung global. Techpack Asia bukan sekadar pabrik kemasan, melainkan laboratorium masa depan: tempat teknologi, ekonomi, dan ekologi saling berkelindan.
Dan di situlah, Indonesia dan Prancis menulis kisah bersama—bahwa kerja sama ekonomi lintas negara bukan hanya soal angka investasi, tetapi juga tentang tanggung jawab pada bumi dan generasi mendatang. (Christian Saputro)




