Oleh : Christian Heru Cahyo Saputro *)
Disebuah sore yang dingin sehabis digerai hujan , di tengah denyut kota Semarang yang sibuk, sebuah ruang kecil di Tan Artspace menjadi semacam jendela waktu—membuka tirai masa lalu, memanggil kembali langkah-langkah mungil yang pernah tercetak di tanah kenangan. menyadari: bahwa yang sederhana, justru sering kali yang paling abadi.
Wakil Walikota Semarang Ir. H. Iswar Aminuddin, MT membuka pameran “Jejak Kecil” yang ditaja Komunitas Wopanco (Wanita Painter Community) di Tan Artspace, Semarang, Minggu (06/07/2025).
Disinilah, pameran “Jejak Kecil” karya Komunitas Wopanco (Wanita Painter Community) dibuka dengan semangat yang lembut namun penuh daya, ditandai dengan permainan kitiran kertas—mainan masa kecil yang sederhana tapi penuh makna. Sebanyak 28 karya dari 14 perempuan pelukis yakni; Sari, Dina, Ratri, Pera, Aida, Nora, Wiwik, Aan, Tilam, Erny Louw, Indri, Yuni, Hayyun dan Lulu dalam kanvas-kanvas mungil berukuran 30×30 cm dan 60×60 cm.
Namun, bukan ukurannya yang kecil yang membuat pameran ini menyentuh, melainkan jejak emosi yang membesar dari tiap guratan warna dan bentuk. Setiap lukisan adalah serpihan waktu—halaman rumah yang rindang, tawa yang lepas tanpa beban, luka pertama yang diajarkan oleh patahnya layang-layang, mimpi yang digoreskan diam-diam di dinding kamar.
“Jejak Kecil” adalah ruang kontemplasi. Ia tidak sekadar menyuguhkan lukisan, tetapi mengajak pengunjung menyelam ke dalam kolam tenang kenangan masa kecil—negeri polos yang pernah kita tinggali, tempat tawa dan tangis pertama kali bersatu. Dalam kata-kata Wiwik, Ketua Wopanco, masa kecil adalah negeri paling jujur yang pernah kita huni. Dan kini, lewat sapuan kuas, negeri itu dihidupkan kembali.
Bukan hanya pameran, Wopanco menghadirkan serangkaian workshop terbuka—melukis lanskap, membuat linoprint, hingga kerajinan dari resin. Di sinilah seni menjadi jembatan: antara generasi, antara kenangan dan kekinian, antara ekspresi dan penyembuhan. Aida Panitih menyebut workshop ini sebagai ruang healing, di mana warna-warna dari cat air dan cat minyak tak hanya membentuk gambar, tetapi juga membasuh batin yang lelah.
Wakil Walikota Semarang, Iswar Aminuddin, hadir dalam pembukaan dan memberi apresiasi yang tulus. Ia melihat seni sebagai sarana pembentukan karakter, terutama bagi generasi Z—generasi yang haus ekspresi dan makna. Di sinilah Wopanco memainkan peran penting: tidak sekadar berkarya, tapi juga mengedukasi dan memberdayakan. Pameran “Jejak Kecil” bakal berlangsung hingga 18 Juli 2025, seelain pameran juga akan digelar workshop kerajinan berbahan resin, melukis landscape, membuat gantungan kunci dan Linoprint yang terbuka untuk umum. Pameran lukisan ini persembahan dari komunitas Wopanco yang berpegang pada semangat Melukis, Berbagi & Memberdayakan.
Pameran ini, pada akhirnya, adalah pengingat bahwa dalam dunia yang serba cepat dan bising, kita selalu bisa kembali ke jejak-jejak kecil kita. Ke tawa yang tak dipaksa, mimpi yang belum disensor realita, dan cinta yang belum mengenal syarat. Wopanco tak hanya melukis, tapi juga merawat jiwa—mengikatkan benang-benang tak kasatmata antara seni, kenangan, dan kemanusiaan.
“Jejak Kecil” adalah ajakan untuk berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan untuk kemudian mempersiapkan kanak-kanak generasi Z ke masa depan.
*) Jurnalis dan Pengamat Seni Rupa tinggal di Tembalang, Semarang.