Semarang – Pasar Seni Rupa “Craftopi Heritage” makin riuh saat Jokkivolka perfance di atas panggung. Solo band asal kota Jepara tampil mendedahkan belasan lagu sekira dua jam tanpa jeda. Vokalis Okki Noviyanto tampil prima mendedahkan lagu-lagu karyanya di panggung Craftopia Heritage di Monod Huis, Kota Lama, Semarang, Sabtu (17/05/2025).
Jokkivolka tampil pada pamungkas acara Pasar Seni Rupa “Craptopia Heritage” gelaran Maretha Hati Natara Foundation yang didukung Kementrian Kebudayaan.
Jokkivolka sesuai konsep msiknya menembangkan lagu-lagu tentang alam, lingkungan, personal, cerita-cerita tentang sahabat dan keluarganya. Jokki panggilan karib sang vokalis yang juga dikenal sebagai perupa ini mengugung tajuk “Menuju Arus Tuju Sabrang” dalam konsernya kali ini.
Dalam mini konsernya dipanggung Craftopia Heritage Jokki menembangkan antara lain lagu-lagu dari album pertama “Preliminier”, allum kedua “Dwiarya” dan album ketiga yang bakal dirilisnya “Tuju Arus Sabrang”.
Pertunjukannya dibuka dengan lantunan lagu tenang. Disusul didedahkan lagu berajuk, Aku masih bisa, Hasrat terkendali , Aroma Langka, Kawan lama dan Jangan jadi mars. Kemudian menyusul lagu Aspirasi putih, Hidup adalah perjuangan, Toksit plastic, Yang penting jalan, Mencarimu dalam mimpi dan banyak lagi lagu lainnya.
Temtamg Jokkivolka
Okki Noviyanto, S.Sn dalam keterangannya ketika dijumpai sebelum anggung di Monod Huis Semarang, Sabtu (17/05) mengisahkan nama Jokkivolka merupakan penggabungan identitas personal, dan kata ‘volkanik’ yang berarti tanah subur. Sarjana Seni Rupa dari Universitas Negeri Semarang ini lebih lanjut mengatakan memulai karir proyek seninya dengan nama Jokkivolka untuk memulai proyek seninya pada tahun 2018.
“Langkah awalnya Jokkivolka menelurkan album pertama berjudul “Preliminer” yang dirilis Januari 2021. Ini menjadi langkah awal Jokkivolka untuk memulai mengenalkan karyanya kepada masyarakat luas,” terang Jokki.
Lebih lanjut, dibabarkannya, 9 bulan kemudian tepatnya di bulan November 2021, Jokkivolka mulai melakukan road show album “Preliminer” sampai bulan Februari 2022 di berbagai kota yaitu Jepara, Kudus, dan Semarang.
Jokkivolka terus berproses tidak berhenti disitu, kemudian mulai merilis album ke-2 pada Mei 2022 bertajuk: “Dwiarya” yang digarapnya disela sela road show album pertama. Nah, pada tahun 2025 dalam waku dekat ini Jokkivolka kembali bakal merilis album ke-3 nya yang berisi 10 lagu bertajuk: “Arus Tuju Sabrang”.
“Inilah yang jadi alasan mengapa dalam helat Pasar Seni Rupa “Craftopia Heritage” mengusung tajuk: “Menuju Arus Tuju Sabrang”. Jadi lagu-lagu yang akan dirilis dalam album ke-3 ini bakal ditampilkan dalam gelaran ini,” jelas Jokki.
Lelaki kelahiran Pati 23 November 1985 ini berharap ramuan ramuan musik Jokkivolka kali ini akan lebih nikmat rasanya dibanding album-album sebelumnya.
“Saya juga berharap dengan album baru yang bakal dirilis nanti Jokkivolka akan semakin diterima karya nya di masyarakat. Pasalnya, hampir 3 tahun lamanya Jokkivolka tidak mengeluarkan album baru.
Jokki juga mengisahkan kiprah nya menulis lagu sudah dilakukan sejak duduk di bangku SMP. Pada awal bermusik Jokki mengaku sebagai gitaris dalam beberapa grup band yang pernah didirikannya.
“Saya memutuskan untuk menjadi solois mulai dari tahun 2018, karena selama perjalanan mendirikan grup band, saya merasa setiap personil band selera musik mereka berbeda dan kurang merasa bangga dengan lagu-lagu yang saya ciptakan,” imbuh Jokki.
Ditambahkannya lantaran bermusik dengan memainkan lagu-lagu ciptaan sendiri baginya adalah salah satu kebanggaan yang amat sangat. Pada akhirnya Jokki memutuskan untuk menyanyikan sendiri lagu-lagu ciptaannya.
“Saya menciptakan lagu, bermusik dengan memainkan gitar tanpa beban. Saya ingin terus berkarya dengan senang hati dan riang gembira,” ujar Jokki mengunci perbincangan senja itu.
Penampilan Jokkivolka senja itu membuat suasana makin riang gembira. Penaka sebuah pesta Pasar Seni Rupa” Craftopia Heritage” diakhiri dengan sempurna. Tak ada pesta akhir. Semoga gelaran semacam Crafttopia akan hadir kembali dihelat Maretha Hati Natara Foundation dengan dukungan dana Indonesiana dari Kementrian Kebudayaan. (Christian Saputro)