Sumaterapost.co | Medan – Kakanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Sumatera Utara, Parjiya mengakui biaya logistik di Indonesia masih mahal dibanding dengan negara lain yang cukup kompetitif karena itu pemerintah terus berupaya agar biaya logistik bisa di titik ideal.
“Biaya logistik kita berada di level tinggi dibanding negara lain sehingga tidak kompetitif bagi pelaku usaha,” ujarnya dalam sambutan ketika membuka Sosialisasi dan Koordinasi National Logistics Ecosystem atau NLE di Four point Hotel Medan, Kamis, (01/9/2022).
Dalam kegiatan yang digelar Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (ASDEKI) bekerjasama dengan instansi terkait dihadiri Sekjen DPP Asdeki Khairul Mahalli, PLT Kepala Kantor KPP DJBC Belawan Muchamad Ardani S.E.,M.M, Kepala Seksi Pengolahan Data Administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Type Madya Pabean Belawan Kanwil DJBC Sumut.
Parjiya menyatakan NLE adalah sistem logistik yang menyelaraskan arus keluar masuk barang di pelabuhan. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan bisnis harus didukung dengan NLE.
Dalam hal ini DJBC memfasiitasi NLE agar Pelabuhan Belawan menjadi salah satu pilot proyek NLE. Ada beberapa program NLE di Pelabuhan Belawan diterapkan untuk kelancaran pelayanan bagi pelaku usaha.
Parjiya mengatakan dengan memfasilitasi NLE mampu meningkatkan efisiensi 68 persen bahkan biaya kontainer dari Rp.2,5 juta per feet menjadi Rp.375 ribu per feet. Pemanfaatan NLE ini sangat menguntungkan pelaku usaha.
“Sekarang pelaku usaha jangan khawatir semua sistem di DJBC sudah menggunakan IT. Hal ini sangat terbuka datanya bagi kita,” kata Kakanwil DJBC Sumatera Utara seraya menambahkn apalagi NLE di Belawan terus dilakukan pengembangan.
Sementara itu Sekjen DPP yang juga Ketua DPW Asdeki Sumut Khairul Mahalli menyatakan DPP Asdeki terus berupaya maksimal untuk mensosialisasi NLE ke berbagai provinsi di tanah air.
“Setelah di Jakarta, Surabaya, Semarang, Palembang dan hari ini Sumtera Utara. Program sosialisasi NLE menyusul ke berbagai provinsi lainnya bagi kelancaran pelayanan dengan memanfaatkan IT,” ucap Mahali yang bertindak sebagai moderator.
Dia menyebutkan satu satunya negara yang mempunyai aturan peti kemas adalah Indonesia. Sedangkan negara lain belum menerapkan aturan mengenai peti kemas.
Mahalli masih mempertanyakan kenapa kontainer langka ? Pihaknya juga ingin duduk bersama membicarakan soal biaya logistik yang masih sangat tinggi dibading negara lain.
Sekarang Asdeki ingin indeks biaya logistik bisa kompetitif.
“NLE Pusat sudah road show hari ini di Medan. Kita berharap 1 Oktober 2022 NLE di Sumatera Utara sudah berjalan lancar dan baik sehingga pelayanan terhadap pengusaha pun semakin baik dengan tingkat daya saing tinggi,” pinta Mahalli yang juga Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) dan Ketua Umum Kadin Sumut.
Dalam kesempatan itu Bidang Pengolahan Data, Administrasi dan Dokumen Pabean Belawan Hendra Hutabarat mempresentasikan tentang NLE. Di Medan NLE sudah berjalan sejak 2012. Pada tahun 2020 sudah lancar.
“Pengendalian NLE ini ada di bawah kendali Menko Perekonomian dan Menko Maritim & Investasi,” paparnya.
Pembicara lain Reza menambahkan bahwa NLE Onnect merupakan flatform digital dengan proses gat in/out menjadi sangat mudah dari awal hingga akhir tanpa menggunakan kertas. Dengan memanfaatkan NLE Onnect, berbisnis lebih cepat.
(Tiar)




