Semarang – Gelaran pameran bareng tiga perupa Klowor Waldiyono (Yogyakarta), Pidi Baiq (Bandung) dan Rudi Murdock (Semarang) di Semarang Contemporary Art Gallery, Semarang mendapat sambutan antusias publik Kota Semarang dan sekitarnya. Pameran yang menaja puluhan karya berukuran besar dan kecil ini mengusung tajuk : “Sapuan Kuas dan Kelaliman Bentuk” berlangsung dari 19 Agustus – 10 Oktober 2023.
Pameran yang dibuka Owner Semarang Gallery Chris Dharmawan, Sabtu (19/08/2023) dihadiri ratusan orang yang meyesaki ruang gallery. Bahkan untuk menyaksikan pameran di lantai 2 Semarang Gallery terpaksa harus diatur bergantian. . Chris Dharmawan dalam sambutannya, mengatakan, kali ini Gallery Semarang menghadirkan perupa yang sudah cukup lama dikenalnya, yaitu; Klowor Waldiyono dari Yogyakarta), Pidi Baiq dari Bandung dan Rudi Murdock dari Semarang.

Kertiga perupa ini merupakan perupa yang konsisten menggeluti dunia seni rupa; Klowor Waldiyono yang sudah saya kenal sejak 1995. “Mas Kloowor ini yang rajin ke Semarang, bahkan dianggap sebagai mentor oleh Komunitas Semarang Sketchwalk. Dia terus konsisten berkarya ddengan berbagai media. Dia dikenal special melukis kucing. Pada sautu kali saya tantang bisa pameran yang bukan obyeknya kucing. Dia bilang sanggup ternyata karya-karya yang dipajang dalam pameran ini dahsyat,” puji Chris Dharmawan.
Kemudian ada perupa Pidi Baiq seniman multitalenta, pelukis, penulis, sutradara dan masih banyak lagi kegiata kreatif yang digelutinya. “Siapa tidak kenal dengan Pidi Baiq yang juga punya panggilan Ayah pengarang novel Trilogi Dilan 1991 yang diangkat ke film dan Pidi juga sebagai sutradaranya,” terang Chris Dharmawan.
Sementara pelukis tuan rumah dari Kota Semarang ini, Rudi Murdock, lanjut Chris, sudah dikenalnya sejak lama. Bahkan Rudi juga yang melukis mural Super Hero yang sempat menjadi salah satu ikon Gallery Semarang.
“Rudi ini juga konsiten dalam berkarya dan kreatif. Bahkan dia sempat menggelandang ke Lithuania mencari duit berjualan lukisan,” imbuh Chris.
Sang Kurator pameran Heru Hikayat mengatakan, pada mala mini bisa mempertemuakan perupa dari tiga kota; Yogyakarta, Bandung dan Semarang. Menurut Heru ketiganya merupakan perupa yang serius menggeluti Seni Rupa. “Ketika saya datang ke Studio Rudi Murdock di Semarang, Klowor Waldiyono di Yogyakarta karya-karyanya sangat melimpah yang menunjukkan produktivitas mereka sebagai perupa,” ujar Heru.
Sementara Pidi Baiq, lanjut Heru, yang tinggal sama-sama di Bandung justru dikunjunginya belakangan. Tak bisa dipungkiri Pidi Baiq seniman multitalenta. Karya-karyanya juda tak kalah mengejutkan.”Melalui proses yang panjang bagi ketiganya bentuk lukisan tak lagi jadi persoalan. Mereka bebas menarik garis dan mengeksekusi dalam bentuk-bentuk yang unik tetapi indah,” ujar Heru
Dalam kuratorialnya Heru menyebutkan dirinya paham bahwa kata “lalim” berkonotasi negatif; berupa kesewenangwenangan. Tapi dirinya seperti tidak bisa lepas dari kata ini saatmembayang-bayangkan bentuk-bentuk dalam lukisan dan gambar dari 3 perupa ini: Klowor Waldiyono, Pidi Baiq dan Rudy Murdock.
Hal pertama yang menurut Heru yang menonjol dari ketiganya adalah sapuan kuas dan garis. Ketiganya menonjolkan garis sebagai elemen utama dari bentuk. Betul bahwa ada unsur warna, yang pada sebagian karyanya juga dominan, tapi pada pandangan Heru, warna-warna ikut pada garis, mewujudkan bentuk. Sebagian besar garisdibentuk oleh sapuan kuas.
Menurut Heru kita sedang berhadapan dengan 3 perupa yang menyapukan kuas pada bidang gambar dengan luwes, spontan, dan bersicepat. Pada 3 perupa ini, bentuk ditundukan secara “lalim” oleh imajinasi yang meliar,selera artistik, kadang rasa humor, tapi di atas semua itu adalah tangan yang terus-menerus menyapukan kuas.
“Kelaliman yang membuat kita dapat menikmatinya secara artistik pula dan walaupun kadang terkandung di dalamnya kecemasan dan ancaman, tapi selalu ada harapan disana, “ tandas Heru Hikayat Sang Kurator. ( Christian Saputro)




