Sumaterapos.co | Batam – (Advetorial) Salah satu opsi wisata sejarah yang bisa dikunjungi di sekitar Kota Batam adalah Museum Raja Ali Haji. Sesuai dengan namanya, museum ini menyimpan peninggalan sejarah yang beragam serta membentuk suatu alur besar yang menggambarkan perjalanan Kota Batam sejak zaman Kerajaan Melayu Riau-Lingga, penjajahan Belanda dan Jepang, masa kemerdekaan, hingga Kota Batam pada saat menjadi Kota Administratif dan Kotamadya seperti saat ini.
Mengutip dari laman disparbudbatam.go.id, museum ini berlokasi di berlokasi di Dataran Engku Putri, Batam Center.
Museum ini merupakan museum yang diresmikan bertepatan dengan ulang tahun Batam ke-191. Dulunya, Bangunan museum tersebut dibangun untuk gelaran Astaka MTQ Nasional 2014 di Batam, hingga akhirnya beralih fungsi.

Saat berkunjung ke museum Raja Ali Haji, pengunjung akan menemukan berbagai koleksi sejarah yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Koleksi tersebut mencakup kebudayaan Melayu yakni menampilkan alat musik seperti Erhu alat musik yang sekilas seperti Rebab yang dimainkan dengan cara digesek. Kemudian Kompang sejenis alat musik tradisional yang paling terkenal di kalangan masyarakat Melayu.
Selanjutnya, ada Marwas yakni alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditepuk. Gendang anak digunakan untuk mengiringi tarian. Akordeon salah satu jenis alat musik pengiring lagu melayu di Indonesia khususnya Kepri. kemudian Cogan yakni salah satu alat kebesaran atau regalia yang dimiliki Kerajaan Johor Riau Lingga Pahang dan Jong berbentuk perahu atau miniatur layar yang melaju dengan tiupan angin.
Selain itu, koleksi kebudayaan melayu yang dimiliki museum Batam itu ialah pakaian adat Melayu, Bangkeng tempat penyimpanan baju pengantin melayu. lalu ada topeng Makyong.

Sekretaris Dinas Pariwisata(Dispar) Kepri, Zulkifli, menyampaikan museum Raja Ali Haji pilihan tepat wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Kota Batam.
“Selain menjadi objek wisata, museum ini juga sebagai media edukasi masyarakat,” ujarnya, Jum’at (15/11/2024).
Museum Raja Ali Haji juga memiliki koleksi meriam peninggalan Belanda dan foto-foto monumen Tugu Jepang (Missebo) di Kampung Pasir Merah, Batam. Pulau Rempang-Galang sempat menjadi tempat penampungan 112,708 tentara Jepang tawanan sekutu yang berada di Singapura, Malaysia dan Indonesia tahun 1945-1946.
Museum Raja Ali Haji, wisatawan Mancanegara dan Asing bisa dipertimbangkan jika penasaran dengan kehidupan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk waktu operasional Museum Raja Ali Haji sendiri buka setiap hari dari jam 09.00 WIB hingga jam 17.00 WIB. Museum Raja Ali Haji kini dikelola oleh unsur Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Disbudpar Kota Batam serta memiliki tim ahli cagar budaya yang terdiri dari tujuh orang yang telah tersertifikasi.(T.4z)




