Bojonegoro – Kolektif Hysteria berkolaborasi dengan Rabu Menonton dan Bojonegoro Creative Hub (BCH) tiba di titik pemberhentian Tur Lawatan Jalan Terus “Bandeng Keliling” di Bojonegoro, Jumat (21/02/2025).
Seperti pada pemberhentian sebelumnya, Tur “Bandeng Keliling” membagikan perjalanan panjang Kolektif Hysteria selama 20 tahun di medan kesenian dan kebudayaan, melalui Film Dokumenter “Legiun Tulang Lunak: 20 Centimeters per Year” dan dua seri buku berjudul “Tulang Lunak Bandeng Juwana”.
Tur yang diinisiasi Kolektif Hysteria ini digelar di Auditorium Bojonegoro Creative Hub (BCH), Jalan Pemuda Timur Nomor 34, Ngrowo, Bojonegoro.
Melihat naik-turun dinamika perjalanan Kolektif Hysteria, hingga bisa membangun dan merawat jejaring dari berbagai komunitas seni lintas disiplin, jaringan kampung hingga stakeholder terkait, membuat orang-orang yang datang di BCH penasaran
Diwakili oleh Alfian dari Rabu Menonton, sebagai narasumber tuan rumah, dia mempertanyakan metode yang dilakukan Hysteria guna menjaga militansi.
Dikarenakan untuk membangun ekosistem dan bersinergi secara internal dan eksternal, dalam ranah seni dan budaya selama dua dekade diperlukan suatu militansi. Pertanyaan ini didasari, manifesto yang diusung 20 tahun Hysteria yakni ‘Tulang Lunak Bandeng Juwana’.
Mendengar hal itu, Yuswinardi yang merupakan pendiri Kolektif Hysteria, sekaligus perwakilan dari Kolektif Hysteria sebagai narasumber, memberikan tanggapan.
Menurut Yus sapaan akrabnya, menumbuhkan prinsip militan dalam suatu kelompok, bisa dimulai dari hal-hal yang gak terlalu sulit dan aktivitas yang dekat dengan teman-teman.
“Aku sendiri menanamkan militansi gak dari hal yang muluk-muluk, dimulai dari hal-hal yang disenangi, salah satunya aktivitas menulis.”ucapnya.
Dia menilai, kemampuan menulis merupakan pondasi bagi sebuah kolektif, termasuk di Hysteria sendiri. Termasuk orang-orang yang berada di dalamnya, memiliki keharusan untuk melakukan aktivitas tersebut.
“Hal yang paling mendasar dari Kolektif (Hysteria) ialah menulis, semua anggota kolektif harus menulis,”jelasnya.
Selanjutnya, Yus menjelaskan. Dari aktivitas menulis secara tidak langsung turut membantu membiasakan proses-proses berpikir, yang melandasi suatu gagasan.
“karena hal tersebut melatih mengkonstruksi pikiran serta memproduksi suatu gagasan.“ tambahnya.
Lebih lanjut Yuswinardi menjelaskan, aktivitas-aktivitas menulis di Hysteria sebagai upaya mengelola internal di kolektif. Pengelolaan dalam hal ini mencakup orang-orang yang berada di dalam, maupun yang berkaitan dengan Hysteria. Hal tersebut yang membentuk suatu prinsip konsistensi.
“Kalau di Hysteria sendiri cara kami mengelola kolektif sebagai salah satu cara menanamkan militansi.” pungkasnya.
Untuk agenda Lawatan Jalan Terus ‘Bandeng Keliling’, sebelumnya telah diketahui bahwa program tersebut menjadi salah satu rangkaian gelaran Penta KLabs 2025, Kolektif Hysteria.
Dimana target utamanya adalah menyebarkan semangat manifesto “Tulang Lunak Bandeng Juwana”, yang sejak tahun lalu diusung sebagai wujud dan sikap perjalanan Hysteria, di medan kesenian Kota Semarang.
Agenda tersebut, masuk dalam Event Strategis, Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) RI 2025, melalui Dana Indonesiana. (Christian Saputro/ril)