Semarang – Rombongan Komunitas Pejalan Kaki Kota Semarang (KPKS) dipandegani foundernya Theresia Tarigan ngluruk ke Kantor Pos Satlantas Polrestabes Semarang, Selasa (09/01/2024). Kehadiran KPKS ini untuk mengajak aparat Satlantas mengevaluasi ketertiban dan keselamatan pejalan kaki di kawasan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) Semarang.
Rombongan dari KPKS yang terdiri dari Theresia Tarigan , Nani, Ninik, Maya, dan Agnes dan Richard (WN Belanda) diterima dengan simpatik oleh pihak Satlantas yang diwakili Bapak Yongki dan Bapak Albar.
Theresia Tarigan sebagai founder Komunitas Pejalan Kaki Kota Semarang (KPKS) yang berdiri sejak tahun 2015 mengisahkan kiprah KPKS yang terdiri dari masyarakat peduli disabilitas dan akademisi berjuang agar Pemkot Semarang membangun trotoar bagi pejalan kaki. Desakan cukup efektif dan mendapat respon positif dari Walikota Semarang Hendrar Prihadi.
“Kota Semarang salah satu kota yang memiliki trotoar terlebih dulu dibandingkan kota-kota lainnya. Bahkan semakin hari trotoar semakin meluas dan semakin baki juga kualitasnya. Tetapi memang trotoarnya di jalan-jalan pusat kota belum menjangkau jalan-jalan ke pemukiman,” terang Tere panggilan karib founder KPKS ini.

Sedangkan kehadiran KPKS kali ini, lanjut Tere, karena Mr.Richard warga Belanda yang ikut serta anaknya hamper tertarbrak mobil saat mau menyeberang dari Mall Ciputra ke Lapangan Pancasila. “Mr. Richard tak ingin hal ini terulang untuk orang lain. Beliau mengatakan hal itu karena tahu saya founder KPKS,” imbuh Tere.
Menurut Tere kawasan Simapang Lima memang menjadi magnet dan jujugan aktivitas wisata dan olahraga warga Kota Semarang. Bahkan kalau akhir pekan tak hanya warga Semarang tetapi dari berbagai kota yang menikmati keindahan Simpang Lima. Kawasan yang strategis ini, imbuh Tere juga tersedia berbagai fasilitas lapangan rumput luas, lapangan basket, lintasan sepeda hias dan berbagai permainan.
Zebra Cross dan JPO
Persoalan yang ada, amankah menyebrang di Kawasan Simpang Lima ? Memang secara data yang ada di Kantor Pos Satlantas Simpang Lima tidak ada kejadian pejalan kaki yang jadi korban tertabrak di kawasan ini.
“Tetapi saya pribadi was-was saat menyeberang di kawasan ini. Hal ini juga dialami banyak warga Semarang apalagi membawa anak-anak saat menyeberang,” terang Tere.
Untuk itulah, lanjutnya, KPKS mengusulkan adanya zebra cross dan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang humanis ke Lapangan Pancasila (Simpang Lima).
Setelah perbncangan di Pos Polisi rombongan KPKS bersama pihak Satlantas pak Yongky dan Pak Albar langsung ke lokasi berjalan kaki bersama. Rombongan mendapat arahan mencari titik aman untuk menyeberang.
Menurut pak Albar Zebra Cross memang harus berada di titik aman. Dan saat menyeberang harus mengangkat tangan kanan lurus ke atas di ujung zebra cross.
“Zebra cross di kawasan Simpang Lima dibeberapa titik menuju Lapangan Pancasila memang sudah ada. Tetapi tertutup saat dilakukan pegaspalan. Memang seharusya segera dicat kembali lajur zebra cross ini. Nanti kami akan sapaikan ke yang berwenang, ” ujar Albar
Tere mengatakan perlu juga dikaji bagaimana cara menyeberang di titik banyaknya pejalan kaki seperti; Halte Bis, Masjid Agung, dan Food Court. Apakah cukup dengan dengan zebra cross yang didesain dapat membuat kendaraan melambat, atau dengan zebra cross yang dilengkapi dengan pedestrian traffict light sehinga penyeberang dapat membuat lampu merah bagi pengendara bermotor, atau adanya jembatan menyeberang yang dilengkapi dengan lift. Fasilitas zebra cross dengan traffict light dan JPO berlift seperti di kota Surabaya.
Tere berpesan menikmati kawasan Simpang Lima harus aman. Keselamatan pejalan kaki harus diupayakan bersama dengan pejalan kaki yang berperilaku hati-hati, pengendara yang membatasi kecepatan dan memberi prioritas pada pejalan kaki, dan pemerintah membangun prasana terbaik untuk pelaku perjalanan yang paling tinggi harkatnya yaitu pejalan kaki.
“Dengan kebersamaan dan komitmen semua pihak, maka tugas polisi lalu lintas akan semakin mudah dan efektif. Perlu juga diingat keselamatan dimulai dari diri kita dan menjadi tanggung-jawab kita semua,” tandas Tere . (Christian Saputro)




