Semarang, 5 November 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Penerbad (Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat) ke-66, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang bekerja sama dengan Penerbad menghadirkan pagelaran wayang orang spektakuler bertajuk “Petruk Kilangan Pethel, Werkudara Kilangan Gada”. Pertunjukan ini diselenggarakan di halaman Bandara Ahmad Yani Lama, Semarang, Rabu malam (05/11/2025), dengan menghadirkan kelompok legendaris WO Ngesti Pandowo di bawah arahan sutradara Budi Lee.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indriyasari melalui Kabid Kebudayaan, Saroso, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud sinergi antara lembaga pemerintah dan komunitas seni dalam upaya melestarikan budaya klasik yang dikemas dalam format modern dan terbuka untuk masyarakat luas.
“Pagelaran ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan pelestarian budaya. Kami ingin memperkenalkan kembali seni wayang orang kepada generasi muda agar nilai-nilai luhur tradisi Jawa terus hidup di hati masyarakat,” ujar Saroso di sela-sela persiapan acara.
Pagelaran ini tampil memukau dengan perpaduan musik garapan Githung Swara dan koreografi enerjik karya Paminto Krisna. Gerak para pemain, tabuhan gamelan, serta sulukan dalang menciptakan harmoni yang menggugah. Humor khas Petruk menjadi daya tarik utama, menghadirkan tawa sekaligus refleksi tentang kehidupan.
Lakon Petruk Kilangan Pethel menggambarkan petualangan Petruk dalam mencari pusaka yang hilang, diwarnai kelicikan, kebijaksanaan, dan pesan moral yang kuat. Sementara kisah Werkudara Kilangan Gada mengisahkan ujian besar bagi Werkudara, sang ksatria gagah perkasa, ketika kehilangan Gada Rujakpolo — simbol kekuatan dan kehormatannya.
Kehilangan gada ini menjadi metafora kehidupan: ujian yang menuntut kebijaksanaan, kesabaran, dan keberanian. Werkudara membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada senjata atau kekuasaan, tetapi pada integritas dan keteguhan hati.
Dari panggung terbuka di bandara, suara gamelan berpadu dengan lantunan sulukan, menghadirkan suasana magis yang memukau penonton. Ratusan warga tampak antusias menyaksikan pertunjukan ini, menikmati setiap adegan yang membawa pesan mendalam tentang nilai-nilai kehidupan, keberanian, dan kebersamaan.
Pagelaran wayang orang Ngesti Pandowo malam itu bukan hanya hiburan seni, tetapi juga bukti nyata bahwa warisan budaya bangsa tetap hidup, tumbuh, dan relevan di tengah modernitas kota Semarang. (Christian Saputro)




