Semarang – Marertha Hati Natara Foundation siap menaja helat pameran Craptopia Heritage. Helat akbar pameran seni rupa ini difasilitasi Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dana Indonesiana. Gelaran yang mengusung tajuk : “Craftoria Heritage’ ini bakal ditaja di Gedung Monod Deep Huis & Co, Semarang, Jawa Tengah, mulai 13 – 17 Mei 2025.
Pameran Craftopia Heritage yang melibatkan kurator utama pameran Heru Hikayat. Dengan asisten kurator M. Salafi Handoyo (Ridho), Maretha Miftachul Hidayah, Singgih Adhi Prasetyo S.Sn M.Pd., Ratri Inayatul Basyarah S.Sn, Rudy Vouller S.Pd, Ari Eko Budiyanto S.SPd M.Pd., dan M. Rofikin S. Pd juga melibatkan Tim Peneliti Wayang On The Street (Ngesti Pandowo) Krisna Phiyastika, S.Si, M.Pd setidaknya akan memajang 1500 karya berupa arsip, jurnal penelitian, buku, bulletin, diskusi, fashion, video, foto, film, animasi, grafis, instalasi, patung, sketsa, lukisan, komik, performance, merchandising dan aktivitas kolektif.
Di samping itu juga akan ada kelas diskusi yang menghadirkan nara sumber antara lain; Bambang Witjaksono, M.Sn.(Potensi Penyelenggaraan Festival Seni Perkotaan), A. Sudjud Dartanto , S.Sn., M.Hum (Tata Kelola Seni dan Perkembangannya), Singgih Adhi Prasetyo S.Sn M.Pd. (Program Craftopia Heritage) Dr. Iin Purnamasari, S.Pd., M.Pd, Dr. Agus Sutono, S.Fil., M.Phil (Pengembangan Edukasi Seni Untuk Publik) dengan moderator Muhammad Rahman Athian S.Pd, M.Sn
Direktur Marertha Hati Natara Foundation Maretha Handoyo dalam rilisnya mengatakan, gelaran Craftopia Heritage merupakan program kajian budaya berbentuk festival. “Festival ini menjadi ajang representasi dan interpretasi budaya. Sebuah upaya Membendakan Warisan Budaya Tak Benda melalui Pasar Seni Rupa Berkelanjutan. Pameran seni rupa akan menjadi kegiatan utama yang melibatkan kurator, pengamat, seniman, komunitas, pegiat kesenian, dan stake holder lainnya,” ujarnya di tengah kesibukan persiapan.
Maretha menegaskan penyelenggaraan festival ini sebagai upaya mengurai keterbatasan dala upaya mencari potensi lokal untuk dijadikan suguhan kreatif. Seniman bereksperimen dan melakukan penyesuaian, sebagai kiat manajemen penyelenggaraan.
“Kuantitas dan kualitas dihadirkan secara bersamaan melalui pameran yang melibatkan banyak pihak. Berbagi pengalaman strategi mempertahankan kearifan lokal, berkebudayaan secara inklusif, mendukung keanekaragaman, mewujudkan kreativitas, berekspresi, dan bersikap kritis,” jelas Maretha.
Konsep dasar program ini, tambah Maretha, berpijak pada kondisi seni di Kota Semarang. Bahwa kualitas seni pada satu kota akan tercapai atas peran personal atau organisasi sebagai ahli berpengalaman. Praktisi tersebut akan membantu menemukan strategi terbaik dengan melakukan pendampingan praktik berkesenian secara langsung bagi publik luas. Sehingga ekosistem yang terbentuk mampu mengelola seninya sebagai penggerak perputaran ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan daerah.
Menurut dia, pameran adalah bentuk ruang imajinatif, intepretasi, dan intelektual bagi masyarakat. Dimana bidang Seni rupa berfungsi sebagai manifesto budaya. Sedangkan Cagar budaya sebagai ruang publik,lanjut Maretha, adalah tempat untuk menghadirkan potensi kreasi masyarakat, guna memfasilitasi pelaku ekosistem kreatif lintas kolektif. Gelaran Craftopia Heritage ‘Membendakan Warisan Budaya Tak Benda melalui Pasar Seni Rupa Berkelanjutan’ adalah representasi dan interpretasi budaya.
“Visinya, meningkatkan pemahaman publik tentang Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Misinya mengakomodir kegiatan pelestarian melalui riset, merchandise, edukasi, studio visit, pendampingan komunitas, kuratorial, pameran, forum diskusi, platform digital, workshop pemanfaatan limbah, database, juga penyebaran informasi indikator dan manfaat program,” tandasnya.
Lebih lanjut, dipaparkannya, Marertha Hati Natara Foundation selaku inisiator dan penyelenggara adalah merupakan wadah aktivitas seni dan pengembangan proyek kreatif. Melalui praktik edukasi tata kelola seni, pertukaran, dan diplomasi budaya. Awal berkumpul secara kolektif ditahun 2025, memanfaatkan rumah-rumah sebagai laboratorium seni.
“Eksistensi pencapaianya menarik perhatian publik seni lokal, nasional, dan internasional . Sehingga sering dilibatkan di berbagai program melalui jaringan kebudayaan,” terang Maretha.
Dibabarkannya, pada tahun 2006 – 2012 mendirikan art management bernama BYAR Creative Industry untuk penyimpanan arsip dan merancang program, dengan kegiatan pendukung berupa riset & kajian. Mitra internasional sebagai sponsor kala itu adalah Hivos People Unlimited (Belanda), Japan Foundation (Jepang), dan British Broadcasting Corporation – London (Inggris). Selanjutnya di tahun 2013 – 2019, masing-masing aktif sebagai pengelola festival seni.
“Ditahun 2023, seluruh anggota kembali berkumpul dan sepakat merapikan berbagai kegiatan menjadi kesatuan program bernama AECItrue (Art, Education, Collective, Industry Creative). Kini AECItrue menjadi kelembagaan bernama AECI Satya Nirmana Foundation,” imbuhnya.
Sementara itu, Agus Suryo Winarto pemilik Monod Diephuis & Co mengapresiasi kegiatan yang digelar Maretha Hati Natara Foundation kesenian yang melibatkan lintas seni,generasi dan profesi. “Ini sebuah upaya untuk memasyarakatkan, menubuhkembangkan kesenian sekaligus melestarikan cagar budaya,” ujar Agus Winarto yang sudah bertahun-tahun mewakafkan bangunan cagar budaya Monod Huis miliknya. (Christian Saputro)