Semarang, 25 Juli 2025 — Di tengah keanggunan arsitektur kolonial Lawang Sewu yang bersejarah, denyut semangat literasi dan inovasi terasa mengalir dalam acara sosialisasi aplikasi Jazirah dari Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah. Gelaran acara ini merupakan bagian dari event JaSirah Race 2025 bertajuk : “Connecting Heritage, Racing Through History” yang digelar Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tegah.
Event yang berlangsung dari 25 – 27 Juli 225 ini akan dicatatkan dalam Rekor MURI sebagai kunjungan wisata sejarah menggunakan KA dengan jarak tempuh terpanjang menyusuri sejarah dengan naik kereta api melintasi kota-kota bersejarah Jawa Tengah & DIY yaitu; Semarang – Tegal – Purwokerto – Solo – Yogyakarta – Magelang (Borobudur)
Kegiatan literasi ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan juga perayaan akan pentingnya pemahaman digital dan literasi budaya bagi generasi muda, khususnya siswa SMPN 5 dan SMPN 8 Semarang.
Acara ini dihadiri langsung oleh Walikota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti yang memancarkan antusiasme penuh dalam mendukung program literasi digital. Turut hadir pula tokoh-tokoh penting seperti Asisten II Setda Kota Semarang Hernowo, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Semarang Bambang Suranggono, Sekretaris Dinas Arsipus Dr. Aksan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Andi Reinasari, dari PT KA pengelola Lawang Sewu Otniel serta perwakilan dari Satupena Kota Semarang. Para tamu agung ini bukan hanya hadir, tetapi juga larut dalam diskusi penuh makna dengan siswa-siswi yang menjadi pusat perhatian hari itu.
Aplikasi Jazirah sendiri merupakan wujud konkret upaya Bank Indonesia dalam memperkenalkan literasi ekonomi, sistem pembayaran digital, serta penguatan UMKM lokal kepada generasi muda. Melalui pendekatan interaktif, siswa diajak memahami bagaimana teknologi dapat menjadi jembatan menuju kemandirian dan kesejahteraan ekonomi.
Namun, hari itu bukan hanya milik teknologi. Seiring dengan sosialisasi aplikasi, sebuah pameran literasi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang turut memperkaya suasana. Beragam koleksi arsip sejarah, buku-buku langka, dan media interaktif dipamerkan, menyatukan kekuatan masa lalu dan masa depan dalam satu ruang yang sakral: Lawang Sewu, bangunan yang konon memiliki seribu pintu, kini membuka ribuan peluang belajar.
Sorotan menarik datang dari sesi inspiratif bersama para siswa. Dalam gaya tutur yang mengalir seperti sungai pengetahuan, memancing daya pikir kritis para siswa dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun penuh makna: “Apa arti jalan rumahmu? Nama Kampungmu? Kenapa dinamai seperti itu?” Dari Lamper hingga Burangrang, anak-anak diajak menggali sejarah lisan yang tersimpan dalam kampung halaman mereka. Sebuah ajakan untuk mencintai, merawat, dan meneliti asal-usul identitas mereka sendiri.
Sebagai penutup, Walikota juga menguumukan akan digelar kompetisi film pendek dan serita bertema “Cerita Kampungku” yang akan diinisiasi Dinas Arsipus Kota Semarang . Menurut Walikota sebuah gerakan kebudayaan yang dirancang bukan sekadar untuk berkarya, tapi juga untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dan membangun rasa memiliki terhadap tanah tempat mereka berpijak.
Hadiah utama sebesar 25 juta rupiah menjadi pemantik semangat, tetapi nilai sejatinya jauh lebih dalam: menciptakan generasi muda yang sadar budaya dan cakap digital.
Pagi itu, Lawang Sewu tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah kolonial, namun berubah menjadi rumah bagi generasi pembelajar. Sosialisasi, pameran, dan ajakan berkarya menjadi satu dalam narasi besar: menjadikan literasi sebagai jembatan menuju masa depan yang lebih cerah dan berakar pada tanah sendiri. (Christian Saputro)




