Mengembangkan Perilaku Sosial Positif Untuk Mengurangi Perilaku Bullying di Sekolah

Oleh : Nurhasanah, M. Psi. Psikolog
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Psikolog di Insight Consulting Pringsewu

Sumaterapost.co | Pringsewu – Pendidikan merupakan proses yang tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan sikap sosial anak. Penting kiranya diajarkan kepada anak tentang perilaku sosial positif dengan menghormati teman-teman mereka dan tidak melakukan tindakan menyakiti seperti bullying di sekolah. Karena sekolah menjadi tempat yang sering terjadi bullying namun juga tempat untuk memberikan pendidikan dini tentang bullying. Selain itu hal penting juga yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mendukung dan memperhatikan anak dalam perkembangan sosial dan moral anak-anak mereka, sehingga semua perkembangan anak terpantau dan diketahui oleh orang tua.

Mengajarkan anak untuk mengikuti perilaku sosial positif dengan menghormati teman-teman mereka dan tidak melakukan bullying adalah upaya yang berkelanjutan. Sebab terjadinya bullying itu bukan karena ada niatan karena ada kesempatan dan tekanan. Sehingga keberadaan orang tua menjadi penting untuk menjadikan anak yang memahami diri dan lingkungan. Dengan dukungan dan pengarahan yang tepat, orang tua dapat membantu anak untuk tumbuh dan menjadi individu yang memiliki body image yang positif pada dirinya sehingga melahirkan sikap bijaksana, peduli, dan menghormati orang lain di sekitarnya.

Ada beberapa cara untuk membantu dalam mengembangkan sikap menghormati dan tidak melakukan tindakan membully di Sekolah, yaitu: Pertama. Komunikasi Terbuka. Berbicaralah dengan anak secara terbuka dan jujur tentang pentingnya menghormati orang lain. Jelaskan konsep empati dan bagaimana tindakan mereka bisa mempengaruhi perasaan teman-teman mereka. Hal ini bisa dilakukan setiap saat ketika bersama anak, berikan waktu kepada mereka untuk menyampaikan apa yang terjadi dan mereka lakukan ketika di sekolah bersama teman-temannya.

Kedua, Jadilah Contoh Teladan. Keteladanan orang tua, menjadi jalan dalam menentukan sikap terhadap orang lain. Ingat semua yang dilakukan orang tua baik itu ucapan, perilaku bahkan pola pikir akan dicontoh anak. Anak-anak sering meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Tunjukkan kepada mereka sikap menghormati melalui tindakan Anda sehari-hari terhadap orang lain. Ketiga. Kenali Tanda-tanda Awal Bullying. Menjadi penting untuk orang tua untuk mempelajari pengetahuan berkisaran tentang bullying. Sehingga kita mampu mengetahui dan mengajarkan kepada anak untuk mengenali tanda-tanda perilaku bully, baik sebagai korban maupun pelaku. Ini bisa termasuk ejekan, perlakuan eksklusif, atau fisik. Sehingga orang tua menyampaikan kepada anak itu berdasarkan pengetahuan.

Keempat. Dorong Empati. Ajarkan anak-anak untuk terbiasa membatu, menyapa dan memperhatikan kawan yang sedang kesulitan, sehingga anak memahami bahkan merasakan perasaan orang lain. Luangkan waktu untuk mendiskusikan bagaimana tindakan mereka dapat membuat orang lain ketika ada yang di bullying dan ajak mereka untuk memberikan perhatian. Rasa empati inilah, akan mendorong setiap anak untuk tidak membully. Kelima. Bicarakan Konsekuensi. Jelaskan konsekuensi dari tindakan bullying, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sosial. Bicarakan tentang bagaimana hal itu dapat merusak hubungan, reputasi, dan potensi akademis mereka. Sampaikan bahwa perilaku membully akan menyakiti perasaan orang lain yang berakhir pada kemarahan.

Keenam. Bantu Membangun Keterampilan Sosial. Berikan anak Anda pelatihan dalam mengembangkan keterampilan sosial yang positif. Ini dapat melibatkan bagaimana memulai percakapan, membangun persahabatan, dan menangani konflik dengan cara yang baik. Sehingga sering-sering mengajak anak untuk berkunjung kepada sanak saudara akan mereka terbangun kehidupan sosial dengan sendirinya, Ketujuh. Dorong Kolaborasi Ajarkan anak tentang pentingnya bekerja sama dan membangun tim. Bantu mereka memahami bahwa mendukung teman-teman mereka akan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua orang. Dorong mereka juga untuk terlibat dalam kegiatan yang ada, sehingga anak akan mampu menyampaikan kemampuan dan terjadi saling menghargai.

Kedelapan. Bicarakan Pengaruh Media. Diskusikan tentang bagaimana media kadang-kadang memperlihatkan perilaku negatif atau bully. Ajarkan anak untuk menganalisis dan mengkritisi apa yang mereka lihat di media. Jangan biarkan anak untuk menggunakan alat komunikasi begitu saja, harus membangun perjanjian dan sebaiknya orang tua mengetahui apa yang dilakukan anak ketika sudah menggunakan media sosial. Kesembilan. Kolaborasi dengan Sekolah. Jika diperlukan, jalin kerja sama dengan pihak sekolah untuk memastikan anak mendapatkan dukungan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungan sekolah. Hal ini sebagai bentuk pengakuan bahwa anak selama di sekolah menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya. Setidaknya guru mengetahui apa yang diinginkan orang tua begitu pun sebaliknya.

Kesepuluh. Ciptakan Lingkungan Dukungan. Jadikan rumah sebagai tempat di mana anak merasa aman untuk berbicara, tentang pengalaman mereka dan mendapatkan dukungan. Ini akan membantu mereka merasa lebih nyaman berbicara tentang masalah sosial yang mereka hadapi. Berilah ruang kepada mereka menyampaikan pendapat di rumah, maka sebaiknya sekolah juga menjadi sekolah anak dalam membangun kepercayaan diri dan tanggung jawab. (ando)