Ungaran – Di lereng Bergas, Kabupaten Semarang, berdiri sebuah pabrik yang sejak 1951 telah menebar harum rempah dan doa dari bumi Nusantara: PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Pada Rabu, 10 September 2025, tempat bersejarah itu mendapat kunjungan istimewa. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, hadir bukan hanya untuk melihat jalannya produksi jamu, tetapi untuk merajut komitmen baru—menciptakan iklim investasi yang sehat, aman, dan berkelanjutan di tanah Jawa.
Pagi itu, CEO Sido Muncul Irwan Hidayat menyambut dengan tulus. Di balik senyum sederhana, ia menitipkan harapan: agar pemerintah terus menguatkan langkah industri jamu dan farmasi lokal, meningkatkan kualitas produksi, serta memperluas jangkauan pasar hingga melintasi batas negeri. “Dengan bimbingan pemerintah, kami merasa terlindungi,” ucapnya, sembari menyebut pentingnya pengawasan rutin dari dinas terkait agar perusahaan bisa tumbuh tanpa keluar dari jalur aturan.
Pada kesempatan itu, Irwan Hidayat juga berpesan agar Gubernur menjaga kawasan Rawa Pening yang merupakan salah satu sumber air tebesar di Jateng. “Yang menjadi problem kini Rawa Pening yang dulu luasnya sekira 2800 hektar kini tinggal 700 hektar. Ini harus dijaga agar ke depan kita tidak kekurangan air,”tandas Irwan.
Ahmad Luthfi pun tak sekadar datang sebagai pejabat, melainkan sebagai seorang putra daerah yang bangga. Di hadapan jajaran manajemen, ia menuturkan rasa hormatnya pada Sido Muncul—sebuah perusahaan yang telah menjadikan jamu, warisan leluhur, sebagai pilar ekonomi sekaligus pengobatan modern. “Saya bangga, ada perusahaan asli Jawa Tengah yang produknya tidak hanya dikenal lokal, tapi juga regional, nasional, bahkan internasional,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Baginya, Sido Muncul adalah contoh nyata industri padat karya yang berjalan beriringan dengan prinsip ekonomi hijau. Dari pabrik ini, sekitar 3.000 tenaga kerja diberdayakan, sementara teknologi modern dipadukan dengan sentuhan manusia. Lebih jauh, Sido Muncul telah melangkah ke arah ramah lingkungan: menggunakan energi baru terbarukan, mengurangi serapan air tanah, hingga menerapkan prinsip berkelanjutan.
“Green economy kini dilirik investor. Praktik seperti ini adalah inspirasi bagi investasi di Jawa Tengah. Saya ingin daerah ini menjadi rumah yang nyaman bagi investasi, dengan tenaga kerja kompetitif dan lingkungan yang tetap terjaga,” tegas Gubernur.
Di tengah dialog, terselip kisah sederhana. Ahmad Luthfi mengenang masa pandemi, saat jamu hadir sebagai teman setia di meja kerjanya. Tolak Angin—produk ikonik Sido Muncul—ia sebut sebagai salah satu penguat daya tahan, simbol bahwa warisan tradisi bisa menjadi solusi di zaman modern.
Kunjungan itu menegaskan satu hal: investasi bukan sekadar angka triliunan rupiah, tetapi juga tentang menjaga budaya, memberi ruang bagi masyarakat untuk bekerja, dan merawat bumi tempat kita berpijak. Jawa Tengah, dengan bandara internasional Ahmad Yani yang kembali aktif, dengan Kawasan Industri Terpadu Batang, dan dengan semangat gotong royong masyarakatnya, ingin menempatkan dirinya sebagai rumah yang aman dan menjanjikan bagi investor.
Dan di pabrik yang mengolah rempah menjadi jamu, di antara mesin modern yang berdenting dan aroma herbal yang pekat, sebuah pesan moral terucap: ekonomi dan tradisi bisa berjalan beriringan, mencipta harmoni untuk masa depan. (Christian Saputro)




