Semarang – Minggu pagi, 14 September 2025, udara Semarang berbaur dengan semangat kebersamaan. Halaman Gereja St. Fransiskus Xaverius Kebon Dalem dipenuhi wajah-wajah penuh harap—dari anak-anak yang riang, para ibu yang menggandeng tangan kecil, hingga para lansia yang berjalan perlahan. Mereka datang bukan sekadar mencari obat, melainkan merasakan sentuhan kepedulian.
Di tengah keramaian itu, Rotary Club of Semarang Bimasena bersinergi dengan Rumah Sakit Keluarga Sehat (RSH) 3 Puri Anjasmoro. Kedua institusi ini merangkai ulang tahun ke-2 RSH 3 menjadi perayaan yang berbeda: bukan pesta megah, melainkan bakti sosial pengobatan gratis.
“Ulang tahun ini bukan hanya milik kami, tapi milik masyarakat yang selalu memberi kami kepercayaan,” tutur Linggayani Soentoro, Ketua Rotary Club of Semarang Bimasena, membuka acara dengan suara penuh kehangatan.
Dari Obat hingga Harapan
Tak sekadar pemeriksaan kesehatan umum, pengobatan gratis ini menghadirkan layanan medis yang komprehensif. Tim dokter dari RSH 3, termasuk dr. Tiko dan dr. Riko, menjelaskan ragam pelayanan yang bisa diakses masyarakat, mulai dari tata laksana kanker, kardiologi, hingga penyakit dalam.
Satu momen istimewa terjadi ketika dr. Wisnu Yudho Hutomo, Sp.PD, menyampaikan penyuluhan tentang penyakit autoimun—sebuah tema yang jarang disentuh dalam kegiatan sosial seperti ini. Dengan bahasa sederhana, beliau menjelaskan bagaimana sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh justru dapat berbalik menyerang dirinya sendiri.
“Gejalanya kadang samar—nyeri sendi, kelelahan, ruam di kulit. Jangan abaikan. Deteksi dini bisa menyelamatkan kualitas hidup,” ujarnya, disambut anggukan serius para peserta.
Kesehatan sebagai Warisan Bersama
Di sela-sela pemeriksaan, terdengar gelak tawa anak-anak yang mencoba permainan kecil di area pasar murah. Para ibu tampak antusias memilih kebutuhan rumah tangga dengan harga terjangkau, sementara para ayah mengikuti sesi tanya jawab medis. Bukan hanya pengobatan, acara ini menjelma ruang sosial: tempat bertemu, belajar, dan saling menguatkan.
Rotary Club Bimasena dan RSH 3 seakan menegaskan bahwa kesehatan bukan hanya hak, melainkan juga warisan bersama yang perlu dirawat. Di balik setiap resep obat dan setiap kata penyuluhan, terselip doa agar masyarakat semakin peka terhadap pentingnya menjaga tubuh dan jiwa.
Lebih dari Sekadar Acara
Ketika hari mulai condong ke sore, para peserta pulang dengan senyum—sebagian membawa obat, sebagian membawa pengetahuan, dan semua membawa rasa syukur. Rotary Club dan RSH 3 mungkin hanya merayakan ulang tahun ke-2, tetapi yang mereka wariskan jauh lebih besar dari angka: sebuah budaya berbagi.
Karena di Semarang hari itu, kesehatan tidak hanya diukur dari denyut nadi atau tekanan darah. Ia hadir dalam bentuk solidaritas, dalam kepedulian yang menyembuhkan luka tak kasat mata, dan dalam keyakinan bahwa masyarakat yang sehat adalah pondasi kota yang kuat. (Christian Saputro)




