SumateraPost, Binjai – Keadaan yang sangat mengkhawatirkan kini dialami Sungai Bangkatan di Kota Binjai, Sumatera Utara. Sungai terbesar ketiga di kota rambutan ini terkesan beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah.
Seperti pemandangan yang terlihat di sekitar kawasan Jembatan Jalan Jambi, perbatasan antara Kelurahan Rambung barat dan Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan, Jumat (03/09/2021) siang.
Di kawasan itu, sampah berupa bambu, kayu, bangkai hewan, plastik, hingga limbah rumahtangga, terkesan dibiarkan menumpuk hingga membuat pemandangan sekirar aliran sungai tidak mengenakan dan munculnya aroma yang tidak sedap.
Keadaan ini diduga dipicu rendahnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan hidup, serta perilaku buruk warga membuang sampah ke dalam sungai.
Padahal keberadaan sampah dikhawatrikan akan memicu proses sedimentasi sehingga menyebabkan sungai semakin dangkal, serta menurunkan volume dan daya tampungnya terhadap air hujan.
Hal ini tentu saja akan memperbesar resiko terjadinya banjir akibat luapan air sungai, serta meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan populasi hewan melata berbahaya akibat arus air sungai yang tidak lancar.
“Biasanya, ada petugas turun bersihkan sampah. Tapi memang beberapa bulan ini nggak ada lagi. Padahal daerah kami Ini termasuk rawan banjir,” ujar Gunawan, salah seorang warga setempat.
Di sisi lain, kualitas air Sungai Bangkatan dari hari ke hari pun semakin memburuk. Hal ini diduga dikarenakan banyaknya warga dan pelaku usaha mengarahkan saluran pembuangan air limbah mereka langsung menuju sungai.
Akibatnya, air sungai menjadi tidak layak digunakan untuk kebutuhan manusia dan beresiko menimbulkan penyakit kulit, karena disinyalir mengandung bahan beracun berbahaya (B3), serta tinggi kadar logam dan merkuri.
“Ya, harus diperhatikan pemerintahlah kondisi Sungai Bangkatan ini. Karena dibandingkan 20 tahun lalu, sekarang ini airnya memang lebih keruh dan makin hitam. Baunya juga nggak enak,” seru Hengki, warga lainnya. (andi)




