Solo, 6 September 2025 — Sebuah langkah monumental dalam dunia kebudayaan Indonesia diresmikan hari ini di Taman Balekambang, Solo: Soft Opening Museum Festival Payung Indonesia (MUFI). Museum ini menjadi ruang arsip hidup dari perjalanan panjang Festival Payung Indonesia yang telah berlangsung selama dua belas tahun terakhir.
Diselenggarakan bersamaan dengan penutupan Festival Payung Indonesia XII, peresmian MUFI ini dihadiri oleh seniman, kurator, pegiat budaya, serta masyarakat umum yang selama ini menjadi bagian dari ekosistem festival.
Menurut Direktur Mataya Arts & Heritage Foundation, selaku penggagas, kehadiran MUFI menjadi peristiwa penting dalam sejarah pemuseuman di Indonesia.
“Barangkali ini yang pertama kalinya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia, sebuah *festival* dimuseumkan. Bukan sekadar dokumentasi, tapi sebuah ruang hidup yang merekam dinamika komunitas, karya, dan semangat kolaboratif lintas daerah dan generasi,” jelasnya.
MUFI menghadirkan koleksi dokumentasi visual, arsip kostum, payung karya seniman, memorabilia, hingga rekaman audio-visual dari beragam peristiwa yang terjadi selama festival berlangsung dari tahun ke tahun. Kurasi dilakukan secara tematik dan naratif, menjadikan museum ini tak sekadar tempat menyimpan benda, tapi ruang untuk merayakan ingatan kolektif.
Museum ini juga dirancang sebagai ruang interaktif yang akan terus berkembang. Ke depannya, pengunjung dapat menyaksikan pameran tematik, mengikuti lokakarya, dan terlibat dalam forum-forum budaya yang menghidupkan semangat Festival Payung Indonesia secara berkelanjutan.
Dengan hadirnya MUFI, Mataya Foundation ingin menginspirasi agar festival di Indonesia tidak hanya menjadi selebrasi sesaat, tetapi juga dapat meninggalkan jejak intelektual dan kultural yang kuat bagi generasi mendatang.(Christian Saputro)




