Sumaterapost.co, Semarang – Peluncuran pergelaran wayang orang dari Sanggar Sobokartti Semarang yang mengusung lakon “Mustakaweni’ di kanal Youtube Sanggar Tari Sobokartti berlangsung meriah dan gayeng. Suasana merakyat dengan duduk lesehan nonton bareng ini menjadi kenduri budaya sekaligus ucapan syukur atas eksistensi Sanggar Sobokartti.
Peluncuran dikemas dalam acara Nonton Bareng (Nobar) Gelar Budaya dilaksanakan di Gedung Sobokartti, Dr. Cipto 31 -33, Semarang, Sabtu (30/10/2021) dihadiri Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang Arif Tri Laksono, Melly Pangestu (Anggota DPRD Kota Semarang), para orang tua siswa-siswi Sanggar Sobokartii dan tamu undangan lainnya.
Nobar dibuka dengan tari “Geyol Denok” yang di persembahkaoleh dengan apik oleh penari cilik Elsa, Betty, Rahma, Ajeng dan Cintantya. Kemudian dilanjutkan dengan persembahan bebeapa gending dari siswa-siswi karawitan yang ciamik.
Ketua Umum Sobokartti D Soetrisno dalam sambutannya, mengatakan, sangat bersyukur bisa bersilaturahmi dalam memperingati hari jadi Sobokartti yang ke-92. “Saya sanga bahagia pada malam ini bisa bersama nonton bareng hasil kreativitas para siswa-siswi Sobokartti berupa tari-tarian, karawitan dan wayang orang. Saya atas nama Sobokartti mengucapkan terima kasih atas kepedulian para donatur hingga acara ini bisa terselenggara dan hingga sanggar tetap eksis,” ujar Soetrisno.
Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang Arif Tri Laksono, menyatakan sangat mengapresiasi Sanggar Sobokartti yang terus menguri-uri dan melestarikan budaya tradisi Jawa. “Mudah-mudahan ke depan semakin eksis dan bertumbuhkembang. Upaya-upaya yang dilakukan Sanggar Sobokartti untuk merawat budaya dan kesenian Jawa selama ini patut diapresiasi,” ujar Arif Tri Laksono.
Sementara itu, anggota DPRD Kota Semarang Melly Pangestu sangat senang bisa ikut nonton bersama pergelaran budaya Jawa. Diakui dirinya jadi terkenang masa kecilnya yang suka nonton wayang di kampung. Melly Pang panggilan karibnya, lebih lanjut mengatakan, semoga ke depan Sobokartti makin eksis.
“Selamat ulang tahun yang ke-92 semoga makin banyak warga Semarang yang belajar budaya di Sobokartti. Cintailah budaya negeri kita sendiri, sebelum diakui negara lain,” ujar Melly Pang.
Gelaran acara dilanjutkan dengan penampilan tari “Sesonderan” persembahan Ainul dan kawan yang rancak. Kemudian disusul dengan penampilan tari yang yang kocak dan menghibur bertajuk : “Kuda Mangsah’ persembahan Yudha dan Iqfar.
Usai doa bersama dilakukan pemotongan tumpeng oleh Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang Arif Tri Laksono disaksikan Ketum Sobokartti Soetrisno yang kemudian diserahkan kepada Totok Pamungkas selaku sutradara WO “Mustakaweni”.
Kemudian dilanjutkan denganpeniupan lilin dan pemotongan kue tart ulang tahun oleh Ketum Sobokartti D Soetrisno. Berlanjut acara ramah tamah dan Nobar di mulai sekaligus diluncurkan di kanal Youtube Sanggar Tari Sobokartti.
Kisah Mustakaweni
Sebelum pergelaran wayang orang Mustakaweni dipentaskan beberapa tarian anatara lain; Tari Nawung Sekar, Tari Payung, Tari Mugi Golek Rahayu dan Tari Manpuren pembuka oleh para siswa pelatihan tari Sobokartti.
Lakon Mustakaweini sendiri mengisahkan tentang ; Dewi Mustakaweni yang mendapat perintah dari Prabu Bumiloka, Raja kerajaan Hima Himantaka, untuk mencuri pusaka Jamus Kalimasada milik Prabu Puntadewa . Dalam perjalanannya dalam upaya mencuri pusaka Jamus Kalimasada, Dewi Mustakaweni yang memang sakti mandraguna, bisa malih rupa merubah wujudnya menjadi Raden Gatotkaca, putra dari Raden Werkudara,.
Mustakaweni berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada. Namun dalam perjalan pulang dari Kerajaan Amarta, Dewi Mustakaweni bertemu dengan Dewi Srikandhi, istri dari Raden Arjuna, dan terjadilah perang tanding diantara keduanya. Dalam perang tanding tersebut Dewi Wara Srikandhi mampu mengalahkan Dewi Mustakaweni.
Tak kalah akal maka Dewi Mustakaweni lalu melarikan diri terbang dan lari sambil membawa Pusaka Jamus Kalimasada. Dewi Wara Srikandhi yang tidak mampu mengejar Dewi Mustakaweni, lalu pergi melapor kepada Batara Kresna.
Dan dalam pertemuan tersebut yang juga dihadiri Pandhawa Lima, sekonyong konyong datang seorang Pangeran yang mengaku sebagai anak dari Raden Arjuna, yang memang gemar sekali memiliki istri dimana-mana.
Maka untuk menguji Raden Bambang Priyambada, maka diujilah sang pangeran untuk bisa mengembalikan Pusaka Jamus Kalimasada kepada Raden Puntadewa. Dalam usaha merebut pusaka Jamus Kalimasada, tidak bisa dielakkan Raden Bambang Priyambada dan Dewi Mustakaweni saling jatuh hati. Maka untuk menguji cinta Dewi Mustakaweni, dimintalah pusaka Jamus Kalimasada untuk dikembalikan kepada Prabu Puntadewa, dan Dewi Mustakaweni tidak keberatan. Namun Prabu Bumiloka yang mengetahui penghianatan adiknya, yaitu Dewi Mustakaweni, maka marahlah Prabu Bumiloka.
Dengan membawa seluruh armada perang nya ,maka terjadilah perang besar antara Kerajaan Amarta yang diserang oleh Kerajaan Hima Himantaka. Karena memang kalah jumlah dan kalah dalam hal kesaktian, maka kalah dan hancur leburlah seluruh pasukan perang kerajaan Hima Himantaka.
Pergelaran akbar wayang orang persembahan Perkumpulan Sobokartti yang mementaskan lakon “Mustokoweni’ ini disutradari oleh Totok Pamungkas. Sedangkan para artis pendukunya ; Anisa Kholifaturahma (Dewi Srikandhi), Diena (Mustakaweni), ikhsan (Raden Puntadewa) , Agus (Raden Werkudara) Aldan,(Raden Arjuna) Rafael (Raden Nakula), Aan ( Raden Sadewa) Larasati (Dewi Drupadi) Resita (Dewi Wara Sembadra), Teguh Riyanto (Raden Gatotkaca), Maulana Ainul Yaqin ( (Prabu Kresna) Yudha Putra Pembayun (Prabu Bumiloka), Adhitya Dharma Putra(Buta Cakil) dan Adhimas WP), Efindo (Bambang Priyambada), dan Iqfar (Himantaka). Sedangkan Rahma,Sekar,Gagayu,Cintantya,Yulia,Risma,Ajeng (peran pembantu), Betty, Safera, Eiren Wibi, Ananta, Amanda, Lala, Metha Sabrina , Elsa dan Dhyan (putri-putri) dan Ifa, Etta, Amelia, Novi,Kiki(Gunungan) .
Pertunjukkan ini tentunya dimeriahkan dengan adegan goro-goro dengan kehadiran punokawan Semar(Totok Pamungkas) Gareng (Agus Budi Santosa), Bagong(Sugeng) dan Petruk(Wiwid ). Pengiring pengrawit musik dipandegani Ki Suradji Hadi Sudarmo dengan para pesinden Sumarni, ,Whastu Mahening, dan Pawestri. Sedangkan Videografi dikemas “Lumpia Picture” yang dinakhodai Kusri Handoyo, Lighting oleh Viki Monolog dan Genset dan Sound System Drarizal. (Christian Saputro)




