Dalam rangka menyemarakkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, dan mendorong kesadaran estetik dan kritis masyarakat terhadap makna kemerdekaan, Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI) menyelengarakan pameran kartun nasional bertajuk ‘Merdeka atau Mati Kutu’.
Pameran yang diikuti 17 kartunis nasional ini akan digelar di Tan Art Space, Jalan Papandayan 11 Semarang pada 17-28 Agustus 2025.
Ke-17 kartunis yang akan bergabung dalam pameran kali ini adalah Abdullah Ibnu Thalhah (Semarang), Agoes Jumianto (Yogyakarta), Beng Rahardian (Jakarta), Djoko Susilo (Kendal), Diyan Bijac (Bogor), Jango Pramarta (Bali), Jajak (Solo), Jitet Kustana (Semarang), Koesnan Hoesie (Semarang), M. Syaifuddin Ifoed (Tangerang Selatan), Mice Misrad (Tangerang Selatan), SukArtOen (Semarang), dan Tiyok Black (Semarang), Thomdean (Tangerang Selatan), Wahyu Kokkang (Kendal), Wawan Bastian (Bogor), dan Yeksa Sarkeh Chandra (Bekasi).
Koordinator pameran, Abdullah Ibnu Thalhah menjelaskan Pameran Kartun Merdeka atau Mati Kutu juga diharapkan menjadi ruang dialog kreatif antara seniman dan masyarakat melalui apresiasi seni kartun yang humoris dan interaktif.
Dijelaskan Abdullah Ibnu Thalhah, tema yang diusung ‘Merdeka atau Mati Kutu’ merupakan metafora dan refleksi kritis yang nakal namun mendalam, antara semangat perjuangan dan ironi ketertinggalan. Antara keberanian menjadi merdeka atau diam terjajah oleh ‘kutu’ kebodohan, stagnasi, korupsi, dan ketidakpedulian yang menghancurkan.
Kemerdekaan adalah anugerah dan amanah. Namun di tengah gegap gempita perayaan, seringkali kita lupa bahwa kemerdekaan sejatinya adalah proses kesadaran, imajinasi, keberanian untuk melihat ke dalam diri, dan kemampuan untuk tertawa — bahkan pada luka sejarah dan ironi bangsa.
Kartun sebagai bahasa visual yang jenaka dan reflektif, memiliki kekuatan luar biasa dalam mengajak publik bercermin pada kenyataan dengan cara yang menggugah sekaligus jenaka menghibur.
Pameran Kartun Nasional ‘Merdeka atau Mati Kutu’ dikuratori oleh M. Rahman Athian, Dosen Seni Rupa Universitas Negeri Semarang ini akan dibuka pada Minggu, 17 Agustus 2025 pukul 16.00 WIB serta terbuka untuk umum.
Selain memajang karya terbaik dari 17 kartunis Indonesia, kegiatan pameran juga akan diisi workshop kartun dan karikatur, terbuka untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Cartoon & Caricatur On The Spot, dimana para kartunis akan menggambar langsung pengunjung atau membuat sketsa spontan berdasarkan isu terkini.
Disela pameran juga digelar diskusi Budaya Kartun & Kemerdekaan, sesi bincang cantai dengan kartunis dan budayawan tentang seni kartun, humor satire, dan Indonesia.
Pameran ini dikuratori oleh M. Rahman Athian, dosen seni rupa UNNES, dan menampilkan karya tokoh-tokoh kartun nasional seperti Mice Misrad, Jitet Kustana, Beng Rahardian, Djoko Susilo, hingga kartunis muda berbakat dari berbagai daerah. Mereka menyumbang perspektif jenaka nan tajam dalam membingkai ulang kemerdekaan di tengah kenyataan yang sering kali tak seindah lagu-lagu perjuangan.
Tak hanya pameran, acara ini juga menghadirkan workshop kartun, sesi menggambar langsung (on the spot), serta diskusi bertema “Budaya Kartun dan Kemerdekaan” yang akan menghadirkan kartunis dan budayawan untuk membedah bagaimana humor bisa menjadi alat perlawanan yang elegan.
Pameran dibuka secara resmi pada Minggu, 17 Agustus 2025 pukul 16.00 WIB, terbuka untuk umum. Bagi yang ingin melihat bagaimana tawa bisa menjelma kritik sosial, atau bagaimana selembar kartun bisa menyingkap ironi kebangsaan—ini adalah tempat yang tepat.
Karena di Tan Art Space, Agustus tak hanya soal merah putih, tapi juga tentang keberanian tertawa, bahkan pada luka. Termasuk menertawakan diri sendiri(Christian Saputro)




