Semarang – Gelaran pembukaan pameran tunggal Handoyo Salafi bertajuk : :“FREEDOM” yang dinisiasi Merah Putih Merdeka Production dengan menggandeng Komunitas Harapan berlangsung meriah dan gayeng.
Dalam pameran yang akan berlangsung hingga 13 April 2023 ini juga dipajang puluhan karya lukis anak-anak.Sebelum pembukaan pameran puluhan anak dari Komunitas Harapan unjuk kebolehan menyanyi, menari dan mendengarkan dongeng.
Gelaran Pameran “FREEDOM” dibuka Pimred Suara Merdeka Triyanto Triwikromo di TAN Artspace, Gajahmungkur, Semarang, Jumat (07/04/2023).

Triyanto didampingi Handoyo Salafi dalam sambutannya, mengatakan, mengapresiasi gelaran pameran tunggal Handoyo bertajuk : “FREEDOM” yang melibatkan anak-anak dari Komunitas Harapan.
Dari pameran ini, lanjut Triyanto, menunjukan bahwa seni rupa tak hanya bisa dilalukan oleh seniman pelukis. Tetapi siapa saja termasuk anak-anak. Demikian juga media yang digunakan tak harus kanvas atau kertas.
Biasanya orang melukis di atas kanvas, tetapi Ridho melukis di atas wajan, koper, plastik dan media lainnya yang tidak lazim dilakukan banyak seniman, Tetapi inilah yang menarik dengan kreativitasnya Ridho berhasil menghasilkan karya seni rupa yang beda.
“Jadi, adik-adik juga bisa melukis dengan media yang ada, misalnya, areng atau lainnya. Melukis juga bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk adik-adik semua, Dan dalam pameran ini lukisan adik-adik tak kalah dari karya mas Ridho, “ ujar Triyanto memotivasi anak-anak Komunitas Harapan.
Hal senada juga diungkap Agus Winarto pemilik Monod Huis yang mengapresiasi Handoyo yang melalui konsep seni komunalnya berhasil mengajak anak-anak pinggir berkarya dan berpameran. Hal seperti inilah yang terus dilakukan oleh seniman agar iklim kehidupan berkesenian bertumbuhkembang.
“Kolaborasi seni seperti inilah yang bisa memberi nilai apresiasi sekaligus edukasi. Saya mengundang adik-adik suatu saat berpameran di Gedung Monod Huis,” ujar Agus Winarto.
Sebelumnya, Pembina Komunita Harapan, Tri Sugiarto, sangat berterima kasih kepada Merah Putih Production dan Handoyo Salafi yang telah melibatkan anak-anak Komunitas Harapan.
“Bagi anak-anak Komunitas Harapan ini pameran ini merupakan sebuah peristiwa penting. Di mana dalam pameran ini dengan karya-karyanya mereka bisa menunjukan talentanya. Mudah-mudahan di lain kali bisa terjalin lagi kolaborasi,” ujar Tri Sugiarto.
Konsep dan Langgam Karya
Sementara itu, Handoyo mengatakan pameran tunggalnya“FREEDOM” ini merupakan proyek seni komunal, maka salah satu karya melibatkan anak-anak pinggir kali Johar.
Menurut Handoyo baginya seni komunal adalah karya seni dengan melibatkan banyak orang sehingga diharapkan berdampak luas. Sedangkan konsep karyanya seni sebagai satu keniscayaan terpenting bagi manusia. Karya seni memiliki keajaiban dalam menggerakan psikologis, karakter, bahkan perilaku manusia.
“Metode berkesenian saya melalui pendekatan komunitas. Penciptaan karya seni sebagai penyampaian isu yang diinterpretasikan melalui bentuk visual. Pameran ditafsirkan sebagai cermin imajinasi senimannya. Penciptaan figur, bentuk, warna, ruang, disajikan dalam kesatuan khayal, ” jelasnya.
Sedangkan langgam lukisannya corak visualnya menganut aliran Art Brut, Raw Art, Cobra Art, Primitive Art, dan beberapa literasi tentang kebudayaan di Indonesia. Brut dan Raw adalah karya seni yang tercipta secara spontan atau direncanakan untuk mewakili perasaan seniman.
Menurut Handoyo dengan penggunaan bermacam media, dirinya bisa melalui banyak pengalaman bersifat eksperimen. Bisa dikembangkan menjadi treatment dalam proses kreatif selanjutnya.
“Tahun 2023 ini merupakan momentum perubahan ekosistem seni rupa. Bagi saya era ini adalah perayaan suka-cita menikmati kebebasan berkesenian Kebebasan artistik dengan pemahaman sebagai kebebasan untuk berimajinasi, berkreasi, dan mendistribusikan beragam ekspresi budaya,” tandas Handoyo. (Christian Saputro)




