Semarang – Perupa Goenarso kembali menggelar pameran tunggalnya di De Warisan Art and Curio Gallery, Kota Lama, Semarang, 10 – 20 Desember 2023. Pameran tunggalnya yang ketiga ini mengusung tajuk : “Border.” Pelukis Goenarso menaja 22 karya lukis bercorak abstrak dekoratif dengan media Acrilic On Canvas (AOC) bertiti mangsa 2022 -2023.
Goenarso sebelumnya, pernah menggelar pameran tunggalnya, pertama, berjudul; “Satoe” di Tan Art Gallery, Semarang (2022) dan kedua, bertajuk : “Say It With Color” di Apel Watoe Contemporary Art Gallery, Magelang (2022).
Pameran Goenaro dibuka oleh pengelola De Warisan Art and Curio Gallery dihadiri sejumlah pelukis dan seniman Semarang,

Demak, Salatiga dan Magelang. Pembukaan ditandai dengan coretan di atas kanvas oleh Tan Markaban, Dedddy PAW, Kokoh Nugroho dan Christian Heru C Saputro.
Pelukis owner Apel Watoe Contemporary Art Gallery, Magelang, Ddedy PAW, mengatakan, sempat bertanya,mengapa tida memilih ‘Bordeless’ sebagai tajuk pamerannya. “Sebab kata yang bermakna tanpa batas itu sering dipakai banyak perupa sebagai judul.
“Namun setelah berpikir ulang mungkin Pak Goen benar. Dalam kehidupan social manusia ternyata tetap ada norma-norma atau aturan yang harus dipatuhi.
Hanyalah orang gila, orang tidur, pingsan atau mati yang bisa merasakan merdeka, tak terbelenggu, bebas sebebas-besanya,” ujar Deddy PAW.
Pada kesempatan itu, Deddy PAW menambahkan, meski baru mengenal Goenarso belum genap tiga tahun, tapi simpulannya peukis alumnus Unnes ini memiliki talenta yang luar biasa di bidang seni rupa.
“Kepiawainnya berolah kreasi di bidang grafis dan karya-karya seni digital, karya-karya lukisnya dengan media akrilik di atas kanvas menarik dan berbobot. Baik dari sisi kualitas teknik maupun isi, konsep serta ide-ide yang divisualkan,” imbuh Deddy.
Mencermati karya-karya yang dipamerkan, lanjut Deddy. S bagian besarnya karyanya menggunakan teknik impasto . ”Melalui karyanya bertutur mengenai perjalanan spiritualnya mencari Gusti Allah. Kesadarannya menemukan Al Khaliq dan juga rasa syukurnya kepada Ar Rahman,” terang Deddy.
Lihat pada lukisan berjudul “Destiny” (50X50 Cm, AOC, 2023, misalnya bertutur soal penyadaran diri manusia dengan segala keterbatasannya. Namun, senantiasa harus menerima kenyataan, bahwa tiada kuasa mengubah apa yang sudah digariskan atau dikaruniakan Sang Khalik.
Sementara pelukis Kokoh Nugroho dalam kesempatan itu, menyampaikan bedah karya pelukis Goenarso bertajuk : “Titi Kolo Mongso” dan “Amal”. Kokoh mengatakan, secara keseluruhan karya-karya Goenarso yang digelar dalam pameran ini menunjukkan laju perkembangan estetikanya. “Karya-karyanya meski abstrak terkadang muncul sosok-sosok di bawah alam sadarnya. Contohnya, ada sosok sapi ternyata setelah ditelisik mas Goen berasal dari Boyolali. Jadi terkadang sosok muncul dalam lukisannya karena memori masa lalunya,” tandas Kokoh. (Christian Saputro)