Sumaterapost.co | Aceh Utara – Pemerintah Kabupaten Aceh Utara menggelar upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2024. Upacara digelar bersamaan dengan peringatan Hari Otonomi Daerah, di lapangan upacara Landing Kecamatan Lhoksukon, Senin (6/5/2024).
Bertindak sebagai pembina upacara adalah Penjabat Sekda Kabupaten Aceh Utara Dayan Albar, SSos, MAP. Perwira upacara Teuku Zawin, STr.IP, pemimpin upacara Ananda Afdhal, STr.IP, pembaca Pembukaan UUD ’45 Salsa Faradina, STr.IP, dan pembaca Ayat Suci Alquran Tgk M Yanis, SE.
Kegiatan itu turut dihadiri para Asisten Setdakab, para staf ahli bupati, para Kepala SKPK, para Camat, Kepala Sekolah, para ASN yang berkantor di kawasan Landing, dan para siswa.
Pada kesempatan itu Dayan Albar didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jamaluddin, S.Sos, MPd, menyerahkan penghargaan untuk sejumlah sekolah dan siswa berprestasi. Yakni pemenang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMP tingkat kabupaten tahun 2024, masing-masing Juara I menyanyi solo katagori individu atas nama Shafna Althafunnisa dari SMP Swasta Iskandar Muda, Juara II Alya Putri Balqis dari SMP Negeri 2 Sawang, dan Juara III Muhammad Ilham Arif dari SMP Negeri 2 Kuta Makmur.
Berikutnya, Juara I tari kreasi katagori kelompok atas nama Mahira Shafa, Kayziya Azkira, Ayyesha Gaudiza dari SMP Negeri 1 Dewantara, Juara II atas nama Zifanna Latisya, Azwatul Hafizah, dan Riska Thahira dari SMP Negeri 1 Kuta Makmur, dan Juara III atas nama Zaskia Ramazani, Intan Nazira, dan Niswatun Khaira dari SMP Negeri 1 Muara Batu.
Selain itu, penghargaan juga diberikan untuk sekolah-sekolah peserta FLS2N SMP tingkat kabupaten yang diterima langsung oleh para Kepsek bersangkutan, yakni SMP Negeri 2 Sawang, SMP Negeri 2 Meurah Mulia, SMP Negeri 3 Kuta Makmur, SMP N 1 Matangkuli, SMP N 1 Muara Batu, SMP Swasta Iskandar Muda, SMP Negeri 1 Dewantara, SMP N 1 Kuta Makmur, SMP N 1 Samudera dan SMP Negeri 4 Cot Girek.
Sedangkan untuk sekolah-sekolah peserta Olimpiade Sains Nasional Sekolah Dasar (OSN-SD) secara nasional tingkat kabupaten, diberikan kepada SDNegeri 1 Nisam, SDN 1 Tanah Pasir, SDN 11 Cot Girek, SDN 12 Meurah Mulia, SDN 14 Lhoksukon, SDN 16 Dewantara, SDN 17 Dewantara, SDN 2 Lhoksukon, SDN 2 Nisam, SDN 2 Sawang, SDN 3 Dewantara, SDN 3 Lhoksukon, SDN 3 Nisam Antara, SDN 5 Baktiya Barat, SDN 5 Syamtalira Bayu, SDN 6 Samudera, SDN 7 Lhoksukon, SDN 7 Simpang Keuramat, SDN 9 Simpang Keuramat, SD Swasta Al-Alaq Dewantara, SDIT Iskandar Muda, SDIT Madani Lhoksukon dan SD Swasta PINUS.
Dalam amanatnya Pj Sekda Aceh Utara juga membacakan sambutan Menteri Dalam Negeri tentang Otonomi Daerah dan sambutan Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek. Disebutkan bahwa perjalanan kebijakan otonomi daerah selama lebih dari seperempat abad merupakan momentum yang tepat bagi kita semua untuk memaknai kembali arti, filosofi dan tujuan dari otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Repubik Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Setelah 28 tahun berlalu, otonomi daerah telah memberikan dampak positif, meningkatnya angka indeks pembangunan manusia (IPM), bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kemampuan fiskal daerah. Peningkatan ini diharapkan untuk dimanfaatkan pada program-program pembangunan dan kesejahteraan rakyat, sehingga meningkatkan angka IPM, menurunkan kemiskinan, meningkatkan konektivitas serta akses infrastruktur yang baik.
Sementara Menteri Dikbud Ristek dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda Aceh Utara Dayan Albar menyebutkan, lima tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat mengesankan dalam perjalanan kami di Kemendikbudristek. Menjadi pemimpin dari gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan kami tentang tantangan dan kesempatan yang kita miliki untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Bukan hal yang mudah mentransformasikan sebuah sistem yang sangat besar. Bukan tugas yang sederhana untuk mengubah perspektif tentang proses pembelajaran. Pada awal perjalanan, kita sadar bahwa membuat perubahan butuh perjuangan. Rasa tidak nyaman menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan.
(Azhary).




