Sumaterapost.co – Sergai | Nek Paijem, seorang wanita berusia 65 tahun, telah mengabdikan hidupnya selama tiga dekade di dunia perdagangan jamu tradisional. Tinggal di Simpang Penara Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara,
Beliau membagikan keajaiban ramuan tradisionalnya kepada masyarakat setempat. Namun, asal usulnya Nek Paijem tidak berada di Sumatera Utara, melainkan di Kampung Sunggingan, Kecamatan Giri Marto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Saat ditemui Sumaterapost.co, Nek Paijem dengan rendah hati menceritakan perjalanannya. “Sudah 30 tahun pak, saya menjalani profesi menjadi pedagang jamu gendong tradisional, ya Alhamdulillah dapet membantu suami,” ucapnya sambil tersenyum. Senin (26/2) di Desa Pasar Baru, Kecamatan mengkudu, Sergai.
Di balik senyumnya tersembunyi kisah perjuangan yang patut diapresiasi. Kisah perjalanan hidup Nek Paijem menjadi seorang pedagang jamu tidaklah mudah. Dengan tekad dan keuletan yang luar biasa, beliau berhasil membangun usahanya dari bawah. Setiap hari, Nek Paijem mengemban ( Menggendong) keranjang berisi aneka ramuan jamu tradisional yang dipercaya memiliki beragam khasiat untuk kesehatan. Dari satu rumah ke rumah lain, dari satu pasar ke pasar lain, Nek Paijem dengan penuh semangat menawarkan jamu-jamunya kepada pelanggan setianya.
Tidak hanya sekadar berjualan, Nek Paijem juga berperan sebagai penjaga warisan budaya leluhur. Dengan mempertahankan tradisi jamu tradisional, beliau turut menjaga keberlangsungan pengetahuan nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dalam setiap ramuan jamu yang disajikan, terkandung nilai-nilai kearifan lokal dan kepercayaan akan kekuatan alam yang harus dijaga dan dilestarikan.
Namun, di balik kisah keberhasilannya, Nek Paijem juga menghadapi berbagai tantangan. Perubahan gaya hidup masyarakat modern dan maraknya obat-obatan kimia menjadi pesaing utama bagi tradisi jamu. Namun, dengan keteguhan hati dan kecintaannya pada warisan nenek moyang, Nek Paijem tetap bertahan dan terus menyebarkan manfaat jamu tradisional kepada masyarakat.
Keberhasilan Nek Paijem bukan hanya terletak pada jumlah penjualannya, tetapi juga pada dampak positif yang dihasilkannya bagi masyarakat sekitar. Banyak yang merasa terbantu dengan khasiat jamu-jamu yang disediakannya. Selain itu, keberadaannya juga memberikan inspirasi dan motivasi bagi generasi muda untuk tetap mencintai dan melestarikan tradisi-tradisi leluhur.
Dengan hati yang penuh syukur, Nek Paijem terus mengemban tugasnya sebagai pelindung dan penjaga tradisi jamu tradisional. Kisah perjuangannya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap menghargai dan melestarikan warisan budaya nenek moyang kita. Semoga tradisi jamu tradisional terus berkembang dan tetap menjadi bagian tak ternilai dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
[Reporter B-75]




