Oleh : Yayang Firdianda Cantika
Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Lampung
Sumaterapost.co | Lampung – Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang ikut serta dalam memeriahkan pesta demokrasi. Dimana Pemilihan Umum Legislatif untuk pemilihan DPRD tingkat Provinsi dan
DPRD tingkat Kota tahun 2024 merupakan salah satu agenda yang ditunggu oleh masyarakat Lampung.
Pemilu yang dilaksanakan selama lima tahun sekali memberi masyarakat kebebasan dalam menentukan arah kepemimpinan di Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang unik. Wilayah ini merupakan wilayah utama transmigrasi nasional dari penduduk Jawa, Bali dan lainnya. Proses ini akan membentuk keberagaman. Keberagaman etnis, budaya dan agama yang terbentuk di Provinsi
Lampung membentuk wajah sosial yang berbeda di Lampung, keberagaman tersebut salah satunya membentuk kontestasi yang besar dalam pertarungan ideologi antara partai Nasionalis dan Islamis.
Partai Nasionalis ialah partai yang diidentik dengan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Ideologi. Partai ini fokus pada isu-isu Nasional, pembangunan nasional. Contonya seperti partai Gerindra, PDIP Perjuangan, Golkar dan Nasdem. Sebaliknya partai Islamis seperti PKS, PKB dan PPP merupakan partai yang
menitikberatkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kebijakan-kebijakan politik, mengimplementasikan nilai-nilai islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara namun masih tetap menjunjung tinggi
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kontestasi ideologi partai berbasis Nasionalis dan Islamis terlihat jelas dalam pemilihan Umum Legislatif baik ditingkat Provinsi maupun Kota tahun 2024. Dalam pemilihan Umum legislatif pemilihan DPRD Provinsi Lampung tahun 2024 terdiri atas delapan daerah pemilihan (dapil). Rekapitulasi suara dari delapan dapil tersebut ialah sebagai berikut:
a. Dapil 1 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 103.292 ( Kelompok Nasionalis )
b. Dapil 2 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 142.393 ( Kelompok Nasionalis )
c. Dapil 3 : Partai PDIP dengan jumlah suara 124.316 ( Kelompok Nasionalis )
d. Dapil 4 : Partai PDIP dengan jumlah suara 149.211 ( Kelompok Nasionalis )
e. Dapil 5 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 117.720 ( Kelompok Nasionalis )
f. Dapil 6 : Partai PDIP dengan jumlah suara 92.180 ( Kelompok Nasionalis )
g. Dapil 7 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 115.556 ( Kelompok Nasionalis )
h. Dapil 8 : Partai PKB dengan jumlah suara 118.232 ( Kelompok Islamis )
(Sumber: KPU Lampung, 2024)
Data diatas diperoleh dari rekapitulasi suara 18 partai di delapan dapil yang ada di Provinsi Lampung. Dari data tersebut terlihat bahwa partai-partai Nasionalis mendominasi hampir seluruh
dapil, khususnya dari dapil 1 hingga dapil 7. Dari dapil satu sampai tujuh diwakili oleh partai Gerindra dan PDIP. Kedua partai tersebut mendominasi menempati posisi teratas di berbagai dapil, yang menunjukkan tingkat dukungan publik yang tinggi terhadap partai tersebut dibandingkan dengan partai yang lain. Partai Gerindra unggul di dapil 1,2,5 dan 7 sementara PDIP memimpin
di dapil 3,4 dan 6. Dominasi Gerindra dan PDIP juga menunjukkan keberadaan basis suara yang kuat di wilayah tersebut yang kemungkinan dipengaruhi oleh tokoh elit politik lokal, faktor ideologis serta kinerja partai yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. Keberadaan partai Gerindra dan PDIP di basis tersebut juga menunjukkan dapil tersebut merupakan basis kelompok
nasionalis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wilayah-wilayah dalam dapil 1 hingga dapil 7 tergolong kepada kelompok Nasionalis dalam pemilihan anggota DPRD Provinsi Lampung. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu dan Kota Metro, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Pesisir Barat, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Lampung Tengah .
Meskipun demikian, kehadiran partai PKB sebagai pemenang di dapil 8 (Lampung Timur) tidak dapat diabaikan. Kabupaten Lampung Timur dikenal sebagai wilayah yang homogen secara budaya dan memiliki kecenderungan religius yang tinggi. Hal ini menjadikan partai Islamis
memiliki daya tarik tersendiri. Kemenangan PKB di dapil 8 ini menjadi penanda bahwa kelompok Islamis masih memiliki basis kuat di wilayah tertentu walau tidak dominan secara keseluruhan.
Bergeser ke pemilihan anggota DPRD Kota Bandar Lampung memiliki pola penyebaran
partai Nasionalisme dan Islamis yang tidak jauh berbeda dengan pemilihan anggota DPRD Provinsi Lampung. Pemilihan anggota DPRD Kota Bandar Lampung terbagi atas enam dapil yang mendeksripsikan keberagaman sosial, ekonomi dan budaya di wilayah tersebut. Perannya sebagai
ibukota dari Provinsi Lampung membuat wilayah ini menjadi pusat ekonomi dan politik sekaligus dipengaruhi oleh dinamika kependudukan yang beragam. Setiap dapil di Kota Bandar Lampung
memiliki ciri geografis dan demografis yang berbeda, yang mempengaruhi pilihan politik yang berbeda pula bagi para partisipan. Adapun hasil rekapitulasi suara pemilihan anggota DPRD Kota
Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
a. Dapil 1 : Partai Nasdem dengan jumlah suara 17.506 ( Kelompok Nasionalis )
b. Dapil 2 : Partai Nasdem dengan jumlah suara 22.223 ( Kelompok Nasionalis )
c. Dapil 3 : Partai PKS dengan jumlah suara 16.697 ( Kelompok Islamis )
d. Dapil 4 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 16.923 ( Kelompok Nasionalis )
e. Dapil 5 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 21.384 ( Kelompok Nasionalis )
f. Dapil 6 : Partai Gerindra dengan jumlah suara 24.624 ( Kelompok Nasionalis )
(Sumber: KPU Lampung, 2024)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari enam dapil yang ada, lima dimenangkan
oleh partai Nasionalis, yaitu Nasdem dan Gerindra. Kemenangan partai Nasdem ada di dapil 1 (Teluk Betung Selatam, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Timur) dan di dapil 2 (Tanjungkarang Barat, Tanjungkarang Timur, Tanjungkarang Pusat dan Enggal).
Sementara itu partai Nasionalis lainnya partai Gerindra memimpin di wilayah dapil 4 (Kedaton, Labuhan Ratu, Way Halim), dapil 5 (Sukabumi, Sukarame, dan Tanjung Senang) dan dapil 6 (Panjang, Kedamaian dan Bumi Waras). Keberhasilan partai Nasionalis ini mendeskripsikan
bahwa masyarakat cenderung memilih partai-partai yang menawarkan agenda pembangunan, stabilitas politik dan keterhubungan dengan pemerintah pusat. Nasdem memiliki citra partai yang
progresif dan kental dengan isu reformasi birokrasi serta pemerataan pembangunan sedangkan Gerindra mendeskripsikan diri sebagai partai yang kuat dengan pemimpin yang tegas dan
Nasionalis.
Namun ditengah dominasi partai Nasionalis, partai idologi Islam yakni partai PKS mampu mencuri perhatian dengan memenangkan dapil 3 yang meliputi Rajabasa, Kemiling dan Langkapura. Kemenangan PKS di wilayah ini menjadi penanda penting bahwa kekuatan politik
Islamis tidak bisa diabaikan sepenuhnya dalam konstelasi politik daerah. Walaupun hanya meraih kemenangan di satu dapil, keberhasilan PKS menyalip partai-partai besar lain yang lebih dominan
secara nasional dan lokal menandakan adanya konsolidasi dukungan yang kuat di basis-basis wilayah tertentu. Kemenangan PKS ini juga menandakan keberhasilan dari kader-kader PKS dalam membersamai partai. PKS dikenal melakukan pendekatan melalui pelayanan sosial dan program-program bakti sosial, pengajian yang terbukti mampu menggait lebih banyak suara.
Dapat disimpulkan bahwa hasil Pemilu Umum Legislatif DPRD tingkat Provinsi dan Kota Bandar Lampung menunjukkan persaingan antara partai-partai Nasionalis dan Islamis yang
mencerminkan kehidupan sosial politik masyarakat yang beragam dalam latar belakang dan identitas ideologis yang berbeda. Adanya dominasi partai Nasionalis menunjukkan bahwa sebagian masyarakat menitik beratkan pilihan nya terhadap pembangunan dan stabilitas nasional, kemudian adanya kemenangan partai Islamis mendeskripsikan bahwa sebagian masyarakat masih menempatkan nilai-nilai agama sebagai fondasi politik yang tak bisa diabaikan dalam demokrasi lokal. Dua kekuatan ideologis ini tidak saling menjatuhkan, justru keberadaan keduanya mencerminkan keberagaman aspirasi politik masyarakat Lampung yang kompleks. Demokrasi
memberikan ruang bagi semua ideologi untuk bersaing secara sehat. Tantangan kedepannya ialah bagaimana kedua kelompok ideologi ini dapat saling berkompetisi tanpa menimbulkan
perpecahan, serta dapat saling menggenggam tangan bersama demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat




