Semarang – Seratus duapuluh perupa dari 31 negara memarakkan pameran MetamofosArt #4 yang ditaja Prodi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo. Helat pameran yang ditaja di Galeri Nusantara, Kampus 2 UNI Walisongo, Semarang ini dibuka Kepala Biro Kesra Pemprov Jawa Tengah, Imam Maskur, M.Si, Senin (01/05/2022) lalu. Pembukaan pameran diramaikan dengan perfoming art dari Teater Metafisis dan MetamorfoArt Band UIN Walisongo.
Pameran pameran internasional seni dan arsitektur yang mengusung tajuk : “Spiritualitas, Moderasi dan Perdamaian” ini bakal berlangsung hingga 10 Juni 2022. Selain gelaran pameran seni bertaraf internasional ini juga akan workshop mengusung tema: “Seni Lukis Kaligrafi” pada 10 Juni 2022 sekaligus penutupan pameran Metamorfosart#4.
Dekan Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo Dr.Hasyim Muhammad.M.Ag dalam sambutannya, mengatakan, gelaran pameran MetamorfosArt ini merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan ISAI UIN Walisongo. Harapannya bisa terus dilangsungkan setiap tahunnya dan makin meningkat baik kuantitas dan kualitasnya.
“Perlu diketahui prodi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Prodi ini terinspirasi dari keinginan untuk menjaga keindahan.Tujuanya untuk makin mendekatkan diri dengan Allah melalui keindahan melalui pendekatan seni,” ujar Hasyim Muhammad.
Ditambahkannya, karena ciptaan Allah dan lingkungan yang indah banyak yang rusak dan mengotori cipataan Allah yang maha indah. Untuk menjaga dan memelihara diperlukan ilmunya.
“Dengan ilmu yang bisa memahamkan kita untuk menjaga dan melestarikan alam yang indah. Contohnya, bikin bangunan itu pakai proses pemahaman, sehingga menyadarkan kita untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta, “tandas Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo.
Sementara Kepala Biiro Kesejahteran Rakyat Pemprov Jateng, Imam Maskur dalam sambutannya, mewakili Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, mengatakan, sangat mengapresasi kegiatan pameran yang yang mengusung tema : “Spiritualitas, Moderasi dan Perdamaian” yang diekpresikan dalam dimensi ruang seni yang artifisial bernilai tinggi dalam pameran ini, “ ujar Imam Maskur.
Lebih lanjut Imam, menandaskan, seni rupa bukan hal yang monoton tetapi bermaetamorfosis. Karya arsitektur dan seni tidak sekedar diuri-uri tetapi dikembangkan secara luas. Untuk itu perlu dipikirkan untuk kaderisasi pelaku seni dan arsitektur.
Pameran ini mampu mengajak pikiran karya kita secara luas untuk melihat karunia keindahan ciptaan Allah. Diharapkan juga pameran ini bisa dijadikan sarana mengladi para generasi muda untuk untuk memahami spiritualitas, moderasi dan perdamaian secara luas.
“Setidakknya pemahaman agama yang moderat untuk menangkal segala bentuk gerakan radikalisme, terorisme, dan intoleransi. Itulah hakekat spriritualitas satunya hati, pikiran dan perbuatan untuk melakukan hal baik,” ujar Imam Maskur mengingatkan.
Pameran MetamorfosAt #4
Abdullah Ibnu Thalhah dari ISAI UIN Walisongo, mengatakan, pameran yang dikuratori Prof. Ir. Totok Rusmanto (Dosen Arsitektur Universitas Diponegoro), Dr. Bachtiar Fauzy (Kaprodi Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung), Drs, Aryo Sunaryo (Dosen Sketsa Prodi ISAI UIN Walisongo), dan Adji Nugroho (Anggota Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah) ini menaja 120 karya dari 31 negara,antara lain yaitu; Afghanistan, Armenia, Azerbaijan, Belgia, Brazil, Bulgaria, Chile, China, Columbia, Cuba, German, India, Iran, Iraq, Italia, Lithuania, Malasya, Mexico, Montenegro, Morocco, Myanmar, Norway, Romania, Rusia, Saudi Arabia, Turkey, Ukraina, United Kingdom, dan Amerika.
Thalhah, lebih lanjut, mengatakan, pameran Metamorfosart #4 ini menaja berbagai ekspresi seni dwimatra seperti kartun, kaligrafi, sketsa, ilustrasi, drawing, lukisan, dan desain arsitektur karya seniman dari berbagai Negara. Kegiatan ini, imbuh Abdullah Ibnu Thalhah,, bertujuan untuk mengembangkan kompetensi kreativitas, mewujudkan ruang kreasi serta apresiasi seni dan arsitektur antar bangsa.
Sementara itu, salah satu kurator,Drs, Aryo Sunaryo mengatakan, tahun ini karena sesuai dengan tema hadir beragam karya seni rupa berupa kartun, kaligrafi, sketsa, ilustrasi, drawing, lukisan, dan desain arsitektur. “Karya kartun paling banyak dalam pameran ini terutama dari mancanegara. Bisa jadi karena untuk memvisualkannya lebih mudah.Tetapi secara menyeluruh karya-karya yang masuk cukup berkualias,” ujar Aryo Sunaryo yang juga Dosen Sketsa Prodi ISAI UIN Walisongo.
Pengamat seni rupa ini juga mengamati fenomena perkembangan di jagad seni rupa belakangan ini. Aryo mengatakan, kini karena era digital menggelar pameran seni rupa berlabel Internasional dimudahkan. Demikian juga perkembangan teknis dalam penggarapan karya seni rupa. “Ini sebuah fenomena yang menarik, seniman selain bisa pameran offline sekaligus juga pameran on line. Pameran secara virtual juga jasi salah satu pilihan stategis untuk menyasar ceruk pasar yang lebih luas,” terang Pesketsa yang juga banyak menulis buku seni rupa ini. (Christian Saputro)




