Bandarlampung – Perupa Ari Susiwa Manangisi menaja pameran tunggal pertama bertajuk : “The Last Limit”.Helat pameran yang diinisiasi Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Lampung (DKL) ini digelar di Gedung Dewan Kesenian Lampung, Kompleks PKOR Way Halim, Bandarlampung akan berlangsung dari 29 November – 9 Desember 2023. Pameran akbar Ari Susiwa Manangisi ini akan dibuka oleh mantan Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri yang juga seorang perupa.
Puluhan karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi berupa sketsa (dalam katalog), 22 lukisan, 3patung dan 4 instalasi diorama karya Ari Susiwa Manangisi akan ditaja dalam pameran ini. Yang menarik dalam pameran ini Ari menghadirkan lukisan spektakuler berukuran 11 meter X 1,5 meter dengan media Arcrilyc On Canvas. Lukisan bertajuk : The Last Limit (LOGI I Mr..ES) narasi visual yang mengisahkan hanya sebagian orang yang sanggup membatasi ambisi pribadi. Menyembunyikan kejahatan seluas semesta. Tak akan mungkin selamanya. Kelompok itu berbuat jahat di tempat yang dianggap suci dan aman.. Ketika Sang Maha menjatuhkan batas! Batas terakhir yang membuka aib kejahatan keji terstruktur selebar negeri… membuat terperangah..
Ari Susiwa Manangisi kelahiran Lahat 10 Oktober 1952 ini salah satu perupa Lampung yang konsisten menjalani pilihannya sebagai perupa. Maka menurut Ari pameran adalah merupakan bentuk pertanggungjawaban moralnya kepada masyarakat sebagai perupa.
Hal itu pulalah yang mejadi landasan meski kini usianya memasuki 71 tahun dirinya harus tetap berpameran. Meski lelah jasmani dan pikiran menggelayutinya menadai batas-batas yang semakin jelas. “Ada dilema. Sebagai manusia yang suka bereksperimen ada tantangan yang menggangu. Paling sulit berperang dengan diri sendiri,” ujar Ari yang sudah puluhan kali pameran bersama ini.
Lebih lanjut, dikatakannya, terkadang sobombong dengan pencapaian. Terkadang terbuai dengan zona nyaman. Adakah terpikir berbagi dengan yang lain ? Atau kembali ke titik nadir kembali mencari pengakuan.
“Bukan itu sejatinya sebagai insan yang menyakini campur tangan Tuhan. Tujuan berproses dijagad seni rupa sebagai laku ibadah kepadaNya,” ujar Ari membabar kredonya.
Menurut Ari yang gemar menulis dan mmbuat komik ini lewat proses mengamati benda-benda sebagai objek banyak mendapatkan pencerahan. Andai mau belajar membaca yang tersirat dari yang tersurat banyak sekali keteladanan dibalik objek nyata dan semesta.
“Semisal air berkelok bukan karena tebing -sementara air adalah balatentara yang paling digjaya, si pembawa hukuman dan keberkahan, dan banyak lagi simbol-simbol yang diperlihatkan di alam semesta ini.Semua itu yang mendorong untuk pembuktian sebagai keberanian mengatakan benar, karena itulah kebenaran sejati,” ujar Ari mencontohkan.
Karya Baru Seni Rupa
Menurut Ari Susiwa mengapa dirinya harus menyuguhkan karya baru di ruang seni rupa. Pasalnya, hidup terus bergerak . Ari melalui perjalanan bereksperimen dengan garis dan warna, menyadari dan menarik kesimpulan.
“Melukis dapat dimulai dari gaya Ekspresionis (energi) lalu Impresionis (kesan) baru diselesaikan dengan Naturalis, Realis atau berhenti sebagai sketsa dan terkadang berakhir menjadi abstrak -karena terlalu banyak energi dan ide yang hendak dikeluarkan,” ujar Ari berargumen.
Ari Susiwa mengaku ada keinginan yang sedikit memaksakan dalam menyiapkan karya di pameran ini, yaitu keinginan untuk bereksperimen dengan garis-garis, dengan memaksimalkan hingga batas fisik. Ari menadaskan garis-garis yang terbentuk hingga hari ini layaknya arsir yang membuat kecanduan, manakala garis tersebut membentuk ruang dan pencahayaan.
“Mengulang dan menggeluti garis-garis dengan pewarnaan transparan membawa semangat baru. Energi diri seolah mendapat asupan makanan. Yang membawa banyak kontemplasi diri dan semesta,” terangnya.
Menurut Ari karya-karya yang ditaja pada pameran ini baru sekelumit dan belum mengungkap tuntas. Ari mengistilahkan belum sebanyak tetes air di seluruh samudera, baru dua tiga tetes saja. Tetapi pembuktian memang harus dilakukan, apapun yang akan terjadi kemudian.
“Mana mungkin mulut kecil dari mahluk kecil, akan terdengar suara yang menggelegar.Mana mungkin kayu sejengkal dapat mengaduk lautan. Denagn rendah hati saya persembahkan pameran ini untuk publik. Silahkan diapresiasi, ” ujar Ari mengunci perbincangan. (Christian Saputro)




