Semarang – Kampung Wisata Taman Lele yang berlokasi di Jalan Walisongo, KM 10, Tambak Aji , Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Kawasan wisata yang letaknya strategis ini bisa menjadi pilihan jujugan wisata warga Semarang dan sekitar. Taman wisata seluas sekira 2,4 hektar ini memiliki fasilitas yang lengkap. Kawasan wisata yang hijau dan sejuk ini bisa dijadikan oase bagi warga Semarang yang kegerahan.
Di Kampung Wisata Taman Lele ini mempunyai fasilatas pendukung berupa kolam renang, kolam keceh, prrmainan becak air, jogging track, taman, restoran, gazebo dan panggung hiburan. Bahkan di dalam ini juga ada memiliki fasilitas Hotel Kampung Wisata Taman Lele yang menyajikan fasilitas yang komplet dengan harga yang bersaing.

Kepaka UPTD Taman Lele Sugiyanto mengatakan, Taman Lele secara bertahap terus berbenah, baik dari segi fasilitas dan pelayanan. “Ketika saya mulai ditugaskan di sini keadaannya sangat memprihatinkan. Fasilitas yang ada tak terurus. Di samping itu pandangan orang tentang Taman Lele sangat buruk dikenal tempat mesum dan tempat mabuk. Orang yang ingin berwisata takut,” ujar Sugiyanto yang ditugaskan sejak September 2018.
Lebih lanjut, Giyanto panggilan karib Ka UPTD Taman Lele ini, mengatakan, bersama anak buahnya dengan bersinergi dengan stakeholder Kelurahan, Kecamatan, Babinsa, dan Polsek meningkatkan keamanan, kenyamanan pengunjung. Kini pengunjung Taman Lele bisa menikmati wisata dengan aman dan nyaman.
“Berkat kerja keras bersama sudah beberapa tahun ini Taman Lele bisa menyumbang PAD yang ditargetkan Pemkot Semarang. Apalagi kini fasilitas yang ada semakin tertata. Dan ada tambahan fasilitas kolam renang untuk orang dewasa, “ ujar Sugiyanto penuh rasa syukur.
Ikhtiar Doa Bersama
Pada hari Jumat Kliwon (19/01/2024) dilaksanakan acara doa bersama di Joglo tak jauh dari Sendang Tuk Sari. Menurut Sugiyanto usahanya bersama 18 pegawai Taman Lele lainnya tentu juga disokong dengan ikhtiar doa bersama. Dipaparkannya sejak Giyanto ditugaskan pada tahun 2018 dijalankan Doa Bersama.
Doa ini merupakan ikhtiar agar Kampung Wisata Taman Lele ini terus bertmbuhkembang tak hanya jadi jujugan wisatawan domestik tetapi internasional.
“Fasilitas dan pelayanan terus dibenahi tentunya juga dengan doa yang jadi ikhtiar kami agar Kampung Wisata Taman Lele makin dikenal,” ujar Sugiyanto sebelum memimpin doa bersama.
Disamping itu, inbuh Giyanto, ajang doa bersama ini juga merupakan ajang meningkatkan silaturahmi antar pegawai. “Setelah doa bersama kita bisa silaturahmi dan makan bersama. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak saya bertugas di disini pada tahun 2018,” terang Giyanto.
Riwayat Muasal Nama Taman Lele
Kepala UPTD Taman Lele, Sugiyanto, bekisah, konon menurut riwayat yang ada asal muasal yang memberi nama Taman Lele adalah Raden Ayu Retno Djumilah. Perempuan cantik bernama Raden Ayu Retno Djumilah merupakan Bupati Madiun yang Kedua Retno Djumilah adalah anak dari Bupati Madiun pertama Pangeran Timur dan Putri Pangeran Sebrang Kulon dari demak
Kabupaten Madiun dulu kala bernama Purbaya. Wilayah ini pernah diserang oleh Kerajaan Islam Demak dua kali namun gagal, Maka ketika Demak kembali mengadakan serangan yang ketiga langsung dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir.
“Terjadilah kembali peperangan antara Kerajaan Islam Demak dengan Kabupaten Madiun alias Purbaya yang dipandegani oleh Raden Ayu Retno Djumilah yang duduk sebagai bupati Madiun yang kedua menggantikan bapaknya,” ujar Giyanto membeberkan kisah Taman Lele.
Perang berlangsung dengan seru, lanjut Giyanto, keduanya saling bertahan taka da yang menang dan taka da yang kalah.Karena perang terus menerusini yang jadi korban rakyat, banyak yang menjadi janda dan anak yatim. Akhirnya Retno Djumilah pun demi keseamatan rakyat mengambi keputusan untuk mengadakan gencatan senjata.
Setelah gencatan senjata, Raden Ayu Retno Djumilah diboyong ke Kerajaan Islam Demak untuk diperkenalkan di Demak. Ternyata waktu di kerajaan Demak dia bertemu dengan Kanjeng Sunan Kalijaga. Saat bertemu Kanjeng Sunan Kalijaga, Raden Ayu Retno Djumilah berkesempatan mendalami ajaran Agama Islam.
Kemudian Raden Ayu Retno Djumilah pun berangkat untuk syiar menyebarkan Agama Islam di daaerah Bantul Imogiri Yogyakarta. Waktu perjalanan dari Demak menuju Bantul Retno Djumilah mampir Semarang. Ketika saatnya sholat ashar Retno Djumilah mengambil air wudhu.
Nah, saat mau berwudhu di sendang Retno Djumilah meliahat ikan Lele Truno, ikan Lele yang wujudnya hanya berupa kepala sedangkan badan hingga ekornya hanya duri. Retno pun terkejut melihat penampakan lele truno itu. Retno pun berucap; “Suk nek ono rejaning zaman tanah iki tak njenengke Taman Lele. Yang artinya, Kalau ada perkembangan jaman tanah ini saya namakan Taman Lele. Maka hingga kini kawasan ini dinamakan Taman Lele,” ujar Giyanto mengakhiri kisah riwayat Taman Lele. (Christian Saputro)