Potret Warga Gampong Tidak Pernah Menikmati Indahnya Dana Desa

Sumaterapost.co, Langsa – Dana Desa sejak digulirkan sejak tahun 2015 lalu oleh pemerintah lewat undang-undang Desa nomor 06 tahun 2014 tentang Desa untuk membangun desa jauh dari harapan warga, dana desa hanya di nikmati oleh oleh Geuchik (kepala desa) Di Aceh dan perangkat Gampong (desa) saja, sementara warga Gampong (desa) hanya menikmati perubahan kehidupan Geuchik (kepala desa) dan perangkat Gampong (desa), Sebelum jadi Geuchik (kepala desa) kehidupannya biasa saja tetapi setelah menjabat Geuchik (kepala desa) semua bisa dimiliki mulai dari penampilan, rumah hingga memiliki mobil baru, sementara warganya tidak ada perubahan dari kehidupan bahkan semakin sulit, pekerjaan tidak ada, rumah berdinding papan sudah keropos atap rumah bocor di sana sini, beginilah perbandingan antara kehidupan Geuchik (kepala desa) dan warganya sendiri.

Contoh saja, kehidupan warga Gampong (Desa) Simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa, Aceh,puluhan tahun tinggal di dusun Tanjung Rambutan ini kondisi rumah dengan dinding yang sudah lapuk, atap dari daun Nipah sudah keropos dan bocor, jika siang dan malam hari bisa mengintip indahnya langit sambil tidur, jika hujan air menetes ke dalam rumah membasahi siapa saja yang ada di dalamnya, pedih nian.

Bapak Muhammad Jamil berusia 54 tahun tinggal bersama istrinya 36 tahun dengan dua orang anak yang sudah dewasa, pengakuan Muhammad Jamil sudah 12 tahun mendiami tanah tersebut, namun belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah Gampong (desa) Simpang Wie.

Kehidupan keluarga ibu Saudaniar berusia 39 tahun bersama suaminya Hendri berusia 42 tahun dan memiliki anak sebanyak empat orang, satu anaknya yang paling tua mengindap gangguan syaraf, untuk mengobati anak yang sakit ini tidak punya uang, untuk makan saja sudah susah sebut ibu Saudaniar apa lagi anak-anaknya semua dalam masa pendidikan, suaminya hanya penjual ikan di pajak ikan Langsa hasilnya tidak mencukupi untuk makan untuk memperbaiki sepeda motor tua saja yang rusak tidak memiliki uang, kondisi rumahnya pun sudah mulai rusak dimakan usia berdinding kayu sudah mulai lapuk dan atap rumah dari daun Nipah sudah lapuk dan bocor, urai ibu Saudaniar sambil menetes air mata saat bercerita kepada Sumatera post.co Langsa yang berkunjung rumahnya untuk wawancara, sudah cukup lama tinggal di dusun Tanjung Rambutan Gampong (Desa) Simpang Wie ini, ibu Saudaniar hanya bisa pasrah merenung nasib keluarganya yang jauh dari perhatian pemerintah. Pemerintah hanya memberi bantuan untuk digunak beberapa hari saja. Harapannya kepada pemerintah untuk dapat memberikan tempat tinggal yang layak seperti warga lain yang sudah mendapat bantuan rumah.

Lain lagi nasib ibu Evi Susanti berusia 30 tahun, yang juga rumah berdekatan dengan rumah ibu Saudaniah, ibu ini pedih lagi kehidupannya, suami Syahrul sedang mendekam dalam lembaga permasyarakatan (LP) Langsa akibat kesalahan yang ia lakukan untuk menghidupi keluarganya, anaknya pun yang pertama Muhammad Rezki Maulana (14 tahun) mengidap penyakit sawan yang sewaktu-waktu bisa kambuh, saat ditanya pernah di bawa berobat ada tapi ya ke puskesmas saja, anaknya mulai gangguan syaraf pada usia 3 tahun pada saat itu jatuh ke parit saat bermain. Ibu Evi dan anak-anak nya tinggal di gubuk reyot beratap daun Nipah yang sudah bocor tidak ada biaya untuk memperbaiki untuk makan saja ia kadang ada kadang tidak ada apa lagi suami nya di ditahan di Lembaga pemasyarakatan (LP), sebutnya kepada sumatera Post.co..

Saat ironis kelakuan penjabat Gampong tega melihat kehidupan warganya menderita sudah buta hati nurani, sementara Dana Desa di bolehkan membantu warganya lewat program BLT tapi kenapa ke tiga Keluarga ini di berikan seperti nya keluarga miskin ini tidak memperolehnya dari pemerintah Gampong (desa) Simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, kota Langsa, Aceh.

Geuchik (Kepala Desa) Gampong (Desa) simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur, Ibnu Abbas, kepada sumatera post.co, beberapa hari lalu mengaku kepada keluarga ini pernah mendapat bantuan sembako dari berbagai pihak, sebutnya. Tapi pengakuan mereka tidak pernah mendapat apa-apa dari Gampong (Desa), dan alasan lain lagi dikemukakan oleh geuchik (Kepala Desa) saat data mereka dimasukan kedalam sistem namun selalu ditolak

Seharusnya Geuchik (Kepala Desa) Gampong Simpang Wie, mengusulkan kepada pemerintah Kota Langsa agar warganya di buatkan rumah yang layak tinggal, bukan mengatakan sudah bantu ini bantu itu kepada media, itupun bantuan dari pihak luar tidak bantuan dari pihak Gampong (Desa) setempat.(Mustafa)