Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Sumaterapost.co | Pringsewu – Peradaban hidup yang berkemajuan adalah jalan untuk mewujudkan kehidupan yang senantiasa ada dan berjuang untuk menggelorakan nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusia, nilai kepedulian dan nilai penghormatan pada hak dan kewajiban manusia. Manusia yang berperadaban adalah manusia yang memiliki pribadi, belaku sopan, berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur. Bertindak mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dan berusaha menjadikan manusia sebagai manusia yang seutuhnya. Ramadhan yang di dalamnya ada kewajiban puasa, nilai sunah menjadi wajib bahkan pahalanya tak terhingga, tanpa kita sadari telah mengajarkan nilai-nilai peradaban hidup yang sebenarnya.
Dengan melaksanakan ibadah puasa, kita merasakan dan menikmati segala bentuk kebijaksanaan hidup dalam segala bentuk. Ini semua merupakan perjalanan spiritual yang tentunya memproses orang beriman menjadi salah satu manusia yang siap membangun peradaban hidup berkemajuan, dalam rangka mewujudkan kehidupan yang baik. Oleh karena itulah puasa Ramadhan itu ibadah wajib bermodalkan iman, berproses utuk menjaga keftrahan manusia dan ini adalah cara Allah untuk menguatkan hambaNya dalam aqidah, ibadah, akhlak serta relasi sosial.
Sadarkan bahwa kita sebagai hambaNya dengan mudah, dan tanpa susah payah difahamkan untuk senantiasa membaca Al Qur’an dan sujud ditengah malam, meneguhkan keyakinan adanya Allah dan hari akhir, dan dengan penuh kesadaran kita masuk dalam barisan amar makruf nahi munkar serta bersegara berlomba dalam berbuat kebaikan. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An Nahl: 97)
Membangun peradaban hidup berkemajuan tentuanya bukan hal mudah, namun buka juga hal yang sulit. Satu bulan lamanya kita sudah diberi bekal oleh Allah SWT dengan segala bentuk pendidikan dan pembelajaran baik itu yang kita fahami atau yang tidak kita fahami. Di bulan Ramadhan kita diberikan pelajaran ketundukan dan ketaatan hanya kepada Allah, sehingga tidak akan makan dan minum walupun kita memiliki kesempatan, akan tetapi kita memilih untuk tunduk atas perintah Allah dalam puasa. Ini merupakan nilai peradaban hidup berkemajuan, karena Tauhid terjaga dan murni.
Di bulan Ramadhan semua senantiasa menjaga dan merawat perilaku agar tidak membantalkan puasa atau bahkan merusak pahala puasa. Hal ini merupakan buah dari keimanan berdasarkan pengetahuan, diimplementasikan dalam perbuatan, sehingga cinta dan kasih sayang Allah dapat diraih dan ditetapkan. Perilaku seperti itu merupakan gambaran dari peradaban hidup berkemajuan, yang akan melahirkan kesucian, kedamaian, kebaikan, ketanagan di hal tesebut hakekat manusia sebenarnya sebagaiman di gambarkan bahwa manusia terlahir dan dilahirkan dalam keadaan suci, bersih seperti kain putih tanpa noda.
Sehingga bulan Ramadhan menjadi waktu dimana menjamin bahwa orang beriman yang setelah menunaikan ibadah puasa menjadi individu-individu yang siap menjadi penegak kebenaran, keadilan, menjaga hati dan juga senantiasa sadar jika setiap diri diawasi oleh Allah SWT. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah: 8)
Membangun peradaban hidup berkemajuan tentunya hanya bisa di bawa oleh setiap muslim yang memiliki kesalehan sebagaimana Allah sampaikan bahwa bumi ini dipusakakan pada hamba yang saleh. Saleh dalam arti luas, bukan saleh terhadap dirinya tapi kesalehan yang mengambarkan keberadaannya agar berperan dalam menjaga kebaikan kehidupan di muka bumi ini. Sehingga peradaban hidup berkemajuan akan akan bisa diwujudkan ditangan orang yang saleh yaitu orang yang senantiasa hidupnya bermanfaat atau berguna, yang ada dalam lingkaran berkompeten, memiliki budi luhur, tidak memihak, lurus, jujur, taat, alim, patuh, benar, cerdas dan berani. “Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh”. (QS. Al Anbiya 105)
Syeh Mutawilli Sya’rawi dalam Tafsir Asy-Sya’rawi menjelaskan, orang saleh itu ada dua macam: saleh dunia dan salah ukhrawi. Saleh duniawi adalah salah dalam arti asal, yakni orang yang berkepribadian baik sehingga di manapun berada ia tidak merukan tapi justru banyak memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Kedua, saleh ukhrawi, yakni kesalehan yang lahir dari keimanan. Kebaikan yang dilakukan segai ekspresi dari ketaan kepada Allah. Artinya, seseorang berkepribadian atau melkukan kebaikan tidak sekedar karena tuntutan etika, tapi juga atas kesadaran penuh sebagai seroang hamba Allah untuk berbuat baik kepada sesama hamba dan ciptaan-Nya.
Oleh karena itu, penting untuk setiap orang beriman menghidupan jiwa kesalehan baik secara individu maupun secara sosial. Kesalehan yang berkepetingan untuk memajukan Islam baik sebagai agama maupun sebagai sebuh ajaran. Kesalehan yang tidak terjebak pada kata dan narsi belaka, namun kesalehan yang dibawa untuk mengisi kehidupan dengan kebaikan, kebenaran dan kebermanfaatan yang mampu menjawab tantangan zaman. Sebab sejatinya kesalehan itulah yang akan mampu membangun peradaban hidup yang berkemajuan, puasa merupakan metode, cara, dan strategi Allah untuk membangun serta membentuk kesalehan orang beriman.(red)




