Oleh : Dr. Hasbullah, M.Pd.I
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Founder Tadarus Kehidupan
Sumaterapost.co | Pringsewu – Ketenangan jiwa, sudah dipastikan dirindukan oleh setiap manusia. Karena ia menjadi tolak ukur dari keberhasilan manusia menjalankan kehidupan di dunia. Adanya jiwa inilah manusia dapat menembus ruang dan waktu dengan berbagai macam aktivitas. Jiwa menggerakkan jasmani, memberikan kekuatan manusia dalam menjalankan kehendaknya sebagai makhluk hidup. Jiwa juga yang nantinya akan mendapatkan balasan di akhirat kelak, apakah ia akan mendapat kebahagiaan atau mendapat kesengsaraan. Sehingga jiwa harus dijaga, dilindungi, dan diberi nutrisi agar ketenangan dan kebahagiaan jiwa tercipta.
Dalam kajian filsafat Islam bahwa jiwa atau ruh yang juga disering disebut al-Nafs mempunyai dua daya. Pertama, daya berpikir yang dikenal dengan akal dan letaknya di kepala. Kedua, daya rasa yang sering disebut dengan kalbu yang ditunjukkan di dalam dada. Maka jiwa menjadi unsur penting dalam berbagai dinamika kehidupan manusia, sebab ia akan mempengaruhi berbagai kegiatan yang dikerjakan oleh manusia. Jiwa menjadi unsur substansi manusia, bersifat imaterial yang harus diarahkan pada jalan-jalan kebaikan dan kebenaran untuk melahirkan ketenangan manusia secara keseluruhan.
Menurut Al Farabi jiwa pada diri manusia merupakan daya yang akan mendorong untuk merasa, berimajinasi serta berpikir secara teoritis dan praktis. Lanjut Al Farabi jiwalah yang mendorong manusia untuk makan, merawat diri serta berkembang. Hal ini sama dengan pendapat Ibnu Miskawaih menjelaskan bahwa jiwa menjadi dasar berpikir, membedakan dan menalar hakikat segala sesuatu. Dapat dipahami bahwa jiwa yang ada pada manusia yang menggerakkan jasad serta ruh yang ada pada manusia. Sehingga dalam dunia kesehatan ada ilmu khusus yang memelihara kesehatan jiwa, bahkan ada tempat perawatannya dan dalam ilmu pengetahuan sering kit sebut dengan ilmu Psikologi.
Puasa yang Menenangkan Jiwa
Ramadhan merupakan bulan yang diwajibkan berpuasa serta juga diberikan ruang ibadah lainnya. Puasa dalam yang diartikan menahan diri dari makan dan minum serta menahan yang membatalkannya merupakan proses mendidik jiwa secara akal dan hati. Larang makan dan minum tentunya mengatur organ jasmani dalam memproses semua yang masuk dalam tubuh manusia agar teratur. Sehingga dalam kejiwaan yang berupa kekuatan, dengan cara mengistirahatkan organ dalam mengelola makanan.
Begitu juga akal secara otomatis akan istirahat karena ada daya jasmani yang menurut, begitu juga dengan hati yang harus bersahabat dengan kesabaran dan keikhlasan terhadap proses puasa Ramadhan. Namun juga perlu diketahui bahwa puasa di bulan Ramadhan tidak serta merta dilaksanakan ada tata aturan yang menjadikan jiwa tetap stabil dan tenang. Mengatur pola makan dan pola interaksi, puasa telah mengatur orang yang menjalankan pada jalan ketenangan atas jiwa yang ada padanya. Mengapa bisa begitu? Ini pertanya yang akan di jawab dalam tulisan, bahwa puasa Ramadhan menjadi fasilitas ketenangan jiwa.
Pertama, puasa menjadikan diri tidak terikat dengan dunia. Puasa Ramadhan yang memindahkan waktu makan dan minum serta menyalurkan syahwat di Magrib dan menjelang Subuh menjadikan seorang muslim fokus untuk ibadah kepada-Nya. Dalam puasa dunia yang di gambarkan dengan minum dan makan, yang saat berbuka dan sahur tidak membutuhkan banyak. Karena sejatinya kebutuhan manusia itu sudah diatur dengan baik oleh Sang Pencipta.
Kedua, Hidupnya suasanya sikap pemurah dan penyayang. Muslim yang menjalankan puasa akan merasakan bagaimana perut kosong karena haus dan lapar. Sehingga rasa itu menjadikan seorang muslim tergerak untuk saling berbagai. Puasa menghadirkan pemandangan berbagi takjil disetip masjid bahkan di jalan-jalan, bahkan ada yang berbagi di waktu sahur. Belum lagi dilimpahkannya pahala bagi mereka yang bersedekah dan akhir dari ibadah puasa di tutup untuk kewajiban zakat fitrah untuk setiap muslim.
Ketiga, merasakan kehadiran hati. Puasa secara jasmani menjadikan diri merasa berkekurangan, namun semua dapat berjalan dengan baik dan tetap sehat serta kuat semua itu karena ada kekuatan hati yaitu iman. Iman menjadi kunci utama semua ibadah yang kita jalankan di bulan Ramadhan salah satunya puasa. Hati berjalan untuk menjalankan fungsinya mengendalikan semua gerang anggota tubuh bahkan akal.
Keempat, hadirnya pemahaman yang kuat. Puasa sebagai ibadah rukun dalam Islam yang akhirnya memberikan pemahaman bahwa secara kejiwaan kita tidak bisa hidup sendiri namun juga tidak boleh tamak. Agama dengan semua aturan yang ada di dalamnya sebenarnya menjadikan umat untuk senantiasa ada dalam jalan kebaikan dan kemuliaan baik di hadapan manusia terlebih di hadapan Allah Swt.
Kelima, puasa meluaskan pengagungan terhadap Allah Swt. Jiwa kita menjadi tenang dengan lantunan ayat suci Al Quran yang saling bersahutan baik di malam, pagi dan juga sore hari. Bahkan puasa juga meluaskan setiap muslim untuk menargetkan tilawah Al Quran dan juga sedekah yang itu semua menjadi akal dan hati terkendali. Bersama Al Quran senantiasa ingat akan Allah Swt. dengan sedekah bahwa kita bersyukur bahwa Allah Swt. terus mengalirkan rezeki kepada setiap muslim. Begitulah puasa menjadikan muslim untuk rendah di hadapan-Nya dan juga memuliakan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
Keenam, pusa mengajarkan jiwa untuk selalu berharap hanya kepada Allah. Muslim yang berpuasa tentunya setiap malam berniat untuk berpuasa, dan berharap puasa diesok hari berjalan dengan baik dan selesai sampai menjemput waktu berbuka. Waktu malamnya disibukkan dengan aktivitas ibadah Shalat dan tilawah yang semua berharap atas amal dan terampuni dosa-dosanya. Begitulah puasa mengajarkan jiwa kita untuk berharap dan memohon hanya kepada Allah Swt.




