Oleh : Christian Heru Cahyo Saputro *)
Semarang – Sembahyang King Hoo Ping, Sembahyang Jit Gwee, atau sembahyang rebut merupakan ritual sembahyang yang bertujuan untuk untuk menghormati para leluhur yang wafat terlebih dahulu, baik dari keluarga, kerabat, sahabat maupun tokoh yang berjasa.
Perkumpulan Sosial yang sudah berusia ratusan tahun Boen Hian Tong yang bermarkas di Gang Pinngir 31, Semarang, menggelar acara Sembahyang King Hoo Ping, Minggu, Jit Gwee Jie Kauw 2572, (05/09/2021). Yang beda dan unik di Boen Hian Tong, sudah berjalan bertahun-tahun Sembahyang King Hoo Ping diadakan secara lintas agama. Sembahyang King Hoo Ping ini dilaksanakan secara luring dan daring via Zoom.

Kegiatan ini dimulai dengan ritual doa kepada Thian yang dilakukan para pengurus di depan pintu utama gedung Rasa Dharma menghadap langit. Kemudian dengan dilanjutkan dengan doa di Altar Utama, di mana diletakkan Sinci atau Papan Arwah Ketua Perkumpulan, termasuk Papan Arwah Gus Dur sebagai ‘Bapak Tionghoa Indonesia’, papan Arwah Ita Martadinata “martir” korban kekerasan peristiwa mei 1998. Papan arwah Gus Dur dan Ita Martadinata hanya ada di altar utama perkumpulan sosial Boen Hian Tong,jadi tak ada duanya di Indonesia.
Pada kesempatan ini, Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong Harjanto Halim mengalungkan untaian melati ke papan arwah Gus Dur, juga ada setangkai mawar dan bunga sedap malam. Gus Dur seorang pejuang demokrasi dan hak asasi. Gus Dur juga yang telah ditabalkan menjadi Bapak Tionghoa Indonesia akan selalu berada di hati dan benak etnis Tionghoa Indonesia.

Ws Andi Gunawan memimpin sembahyang untuk arwah leluhur. WS Andi Gunawan selaku pemuka agama Konghucu mendiarasakan doa di depan meja sembahyang yang pepak aneka sajian masakan, berupa; aneka sayur, daging, buah, dan jajanan.
Doa Lintas Agama
Sembahyang King Hoo Ping dilanjutkan dengan acara doa lintas agama yang disiarkan langsung via zoom yang dipandu oleh Willy santiko. Sebelumnya, doa lintas agama dimulai, Ketua Boen Hian Tong Harjanto Halim, menyampaikan sambutannya. Harjanto Halim mengatakan, sembahyang King Hoo Ping ini untuk mendoakan arwah para leluhur atau tokoh yang telah mendahului kita. “ Sembahyang King Hoo Ping ini wujud baktikita kepa leluhur. Tetapi ada esensi lain yang tak kalah penting yang harus disampaikan ke anak cucu kita, yaitu meneladani perjuangan dan kebajikan para leluhur,” ujar Harjanto.
Ditambahkannya, kalau dulu seusai sembahyang sajian di meja sembahyang diperebutkan dan juga sembako., makanya juga disebut semabhyang rebut. “Tetapi karena ada resiko yang membahayakan di Boen Hian Tong tidak diperebutkan biasanya kalau tak pandemi sembako dan lainnya dibagikan,” terang Harjanto.
Kemudian para tokoh agama berdiri berjajar di depan meja yang penuh sajian yang komplet aneka sajian masakan, berupa; aneka sayur, daging, buah, dan jajanan dan juga jajaran papan arwah yang tahun ini berjumlah 139 buah. Nama-nama orang yang telah meninggal dan tertera di papan arwah ini dibacakan bersamaan dengan para tokoh agama mendaraskan doanya.
Pada kesempatan pertama tokoh agama budhha Bante Chatanamo dari Vihara Tanah Putih, Semarang, mendaraskan doa agar arwab para leluhur tenang dan berbahagia. Sedangkan para anak cucu yang ditinggalkan bisa mewarisi kebajikan dan kebaikan para leluhur dan meneladaninya dalam kehidupan.
Tokoh penghayat kepercayaan Suwahyo dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Semarang, sebelum melangitkan doanya mengawalinya dengan menembangkan kidung bertajuk : “Pangkur Sesinggah” yang bermakna untuk menyingkirkan segala bebendu, dan segala rintangan. baik yang lahir maupun.ygang batin. Dgengan segala kuasanyaTuhan. Semua kembali ke asalnya.
Selanjutnya, tokoh agama Kristen pendeta Sedioko menyampaikan doanya agar senantisa kita selalu dalam lindungan Tuhan. Dan para leluhur yang telah mendahului bersanding dengan bapa di surga.
Senada dengan Pendeta Sedioko Romo Marcellinus Tanto dari Gereja Katholik Kebon Dalem , Semarang, berhar ap para arwah yang telah mendahului hidup tentram dan bahagia di rumah bapa di Surga. Sementara, anak cucu yang masih hidup bisa meneladani kebaikan dan keteladan yang diwariskan para pendahulu.
Ustad Syarif Hidayatullah juga melafazkan doa agar para arwah yang telah mendahului bisa dilapangkan jalannya dan dimudahkan mencapai surgaNya dengan kebaikan dan amal ibadahnya yang telah dijalankan semasa di dunia. Untuk para generasi muda diharapkan bisa mewarisi sifat dan meneladani laku kebaikan dalam menjalani kehidupan.
Sementara itu, tokoh agama Hindu Ida Gede Bagus Winaya yang tak bisa hadir di Boen Hian Tong melangitkan doanya live streaming vi zoom. Diharapkannya para leluhur bisa diterima di sisi Hyang Widi. Sedangkan generasi penerusnya bisa meneladani kebaikan kebaikannya.
Doa bersama ditutup oleh tokoh agama Khonghucu Ws. Oei Hui Ling yang mendaraskan doa sembahyang King Hoo Ping, yang ditujukan kehadirat Huang Tian Shangdi, Tuhan Yang Maha Besar dengan bimbingan Nabi Agung Kongzi dipermuliakanlah.
Senantiasa beroleh kami kekuatan dan kemampuan untuk menjunjung tinggi Kebenaran dan rnenjalankan Kebajikan, segala puji dan syukur kami panjatkan dalam bulan suci Chiet Gwee ini diperkenan kiranya kami berhimpun melaksanakan sembahyang penghormatan dan mengenang kembali atas Roh Suci para leluhur yang lebih dahulu menunaikan kewajiban hidupnya di atas dunia ini. Semoga bagi para arwah leluhur Tian berkenan memberikan tempat yang tentram dan damai dalam cahaya kemuliaan Kebajikan, Cahaya Suci Tuhan. Dipermuliakalah.
Para leluhur, para saudara, serta segenap umat yang mendahulu dalam rakhmat Tian dengan bimbingan Nabi Kongzi, terimalah hormat dan persembahan kami. Saat ini kami kenangkan kembali sejarah kemanusiaan dimuka bumi ini; bahwa yang dapat kami miliki dan alami serta jalankan dalam hidup yang kini tidak dapat lepas dari yang telah lampau.
Sebagai penerusan daripada hal-hal yang lama, dari peristiwa-peristiwa yang lalu, yang baik maupun yang buruk, yang menyenangkan maupun yang menydihkan, semuanya itu menjadi pelajaran bagi kami yang masih menunaikan kewajiban hidup saat ini, juga bagi generasi penerus yang mendatang.
Dan doa sembahyang yang kami selenggarakan ini, semoga menjadi kenangan yang memberi dorongan dan kesediaan untuk selalu mengusahakan diri dalam kebajikan, karena daripadanyalah boleh diturunkan berkah dan rakhmat Tuhan. Dipermuliakanlah.
Huang Tian Shang Di, Pada saat yang suci ini; berangkat dari kedalaman Iman, rasa Percaya, dengan diiringi semangat penuh satya dan hormat/sujud kami berdoa memohon berkah perlindungan Huang Tian bagi bangsa kami serta seluruh umat manusia agar marnpu melewati masa yang penuh dengan ujian ini dengan rasa optimis, penuh keyakinan bahwa tiada permasalahan yang tak bisa dituntaskan; saling bekerjasama dan membantu agar tercipta kedamaian hakiki dalam bingkai kemanusiaan. Terjalinlah tiga kekuatan alam / san cai (Tuhan, Alam, dan Manusia), agar terhindar dari segala bencana, khususnya dari wabah virus (Corona) Covid-19, seraya kami pun berjanji untuk tekun hidup sesuai Firman, menjalani pola hidup sehat, menjaga tubuh yang merupalan warisan ayah bunda, menjaga diri sebagai perwujudan menunaikan kewajiban hidup ini. Dipermuliakanlah.
Sembah dan sujud kami panjatkan kehadirat Tian Tuhan yang Maha Besar, semoga rakhmat dan kasih Tian yang tak terbilang seperti gunung dan pegunungan yang selalu menghijau, seperti aliran air bengawan yang selalu berarak maju melewati semua rintangan.
Semoga dijauhkan hati kami dari segala kelemahan, keluh gerutu kepada Tian dan sesal penyalahan kepada sesama, dapatlah tekun belajar hidup benar dari tempat yang rendah ini, terus maju menuju tinggi menempuh jalan suci.
“Teguhkanlah Iman kami, yakin Tian senantiasa menilik, membimbing, menolong, melindungi dan menyertai hidup kami kini, nanti dan selama-lamanya,” pungkas Ws. Oei Hui Ling.
Kemudian Ws. Oei Hui Ling menutup doa dengan membakar kertas doa dan meletakkannya dalam sebuah mangkuk. Perlahan-lahan kertas doa tebakar menjadi abu tak berbekas asapnya terus melangit bersama doa dan harapan.
Dilanjutkan, dengan memasukkan papan arwah yang ada ke dalam kapal. Kemudian perahu dibakar di depan pintu utama gedung Rasa Dharma. Replika kapal yang berisi uang-uangan dan papan arwah dibakar maknanya untuk mengantar arwah-arwah untuk kembali kembali ke akhirat sebelum bulan ketujuh ini habis.Kapal ini dipilih karena pada zaman dahulu merupakan alat transportasi yang paling efisien . Usai pembakaran kapal berakhir berhenti pulalah gelaran King Hoo Ping di Semarang khususnya.
“Berkat” Nasi Tumpeng
Biasanya kalau tak ada pandemi Covid -19 dilanjutkan makan bersama dengan para tokoh agama. Tahun ini sebagai gantinya para tokoh agama pulang membawa berkat berupa nasi tumpeng dan ubo rampenya dan juga bingkisan sembako, sebagai penanda berbagi rejeki yang kini tak diperebutkan.
Sedangkan untuk para pengurus Boen Hian Tong melanjutkan dengan makan bersama dari sajian yang diturunkan dari meja Sembahyang. Ada juga sambal kecombrang kesukaan Gus Dur yang tersaji. Pulang masih dibekali ada berkat lain seplastik buah-buahan dan kue yang juga dari sesaji yang dilorot dari meja sembahyang.
Menurut Wakil Ketua Matakin Jateng, Ws Andi Gunawan, King Hoo Ping diniatkan untuk mendoakan leluhur yang tidak disembahyangi sebagai bentuk laku bakti dan meneladani kebajikan serta berbagi , karena muasalnya merupakan sembahyang King Hoo Ping ini merupakan sembahyang sedekah bumi. “Jadi King Hoo Ping esensinya berbakti, meneladani kebajikan leluhur dan berbagi,” papar Andi Gunawan.
Di Boen Hian Tong, sembahyang King Hoo Ping tak ada rebutan. Tapi rejeki tak ke mana. Begitu usai liputan mau pulang. Ws Oi Hui Ling menghampiri memberi “berkat” seplastik aneka buah, dan kue lorotan plus moon cake titipan dari pak Har. Ketika pamit pak Harjanto Halim ditambahi lagi dengan bonus sebutir buah blewah yang baru diborong dari mbok bakulan, yang ternyata` juga terdampak rejeki King Hoo Ping. Ternyata rejeki tak selalu harus direbut, ya.
*)jurnalis dan penulis seni dan budaya kini bermukim di Semarang.




