Oleh Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis penyuka seni rupa tinggal di Tembalang Semarang.
Dalam foto ini memperlihatkan seorang seniman yang berdiri di samping karyanya—sebuah lukisan penuh imajinasi yang menggambarkan gunung bercahaya, pepohonan rimbun, arsitektur fantastik, dan sebuah paviliun mungil di lereng berbatu. Komposisi warna biru dan hijau menciptakan nuansa magis, seolah membawa kita masuk ke dunia dongeng atau alam spiritual.
Dalam karya ini, sang pelukis membawa kita menelusuri jalur sunyi menuju cahaya—sebuah metafora perjalanan batin menuju kesadaran dan keagungan. Gunung yang menjulang, kota-kota terapung dalam keteduhan, dan paviliun kecil di kaki bukit menjadi simbol pencarian, harapan, dan kedamaian.
Sebuah karya yang bukan hanya memanjakan mata, tapi juga menggetarkan makna.
Sebuah perjalanan batin dalam kanvas karya Sabar Subadri
Di balik sosok seniman yang berdiri hening di sisi lukisannya, tersembunyi dunia yang tak sekadar diciptakan oleh kuas dan warna, tapi juga oleh ketekunan, ketabahan, dan keyakinan. Sabar Subadri, pelukis yang mengekspresikan imajinasi melalui mulut dan kaki, menghadirkan karya bertajuk The Majestic Devotion—sebuah lanskap magis yang menyentuh lapisan terdalam jiwa.
Kanvas ini bukan hanya lukisan; ia adalah pintu gerbang menuju alam lain, tempat gunung menjulang laksana cahaya surgawi, dikelilingi pepohonan tua yang menyimpan rahasia zaman. Di tengah kehijauan dan kabut biru yang membalut lereng, berdiri kota-kota yang seolah melayang dalam diam. Dan di lereng terjal, sebuah paviliun kecil menjadi saksi bisu atas langkah demi langkah perjalanan seorang peziarah.
Di sana, seorang gadis petualang berdiri di ambang cahaya. Ia telah menempuh jalur sunyi, menapaki batu-batu tajam, memeluk malam, dan menantang kabut. Kini, dari ketinggian itu, ia tak hanya melihat dunia lebih luas—ia menyadari bahwa dalam lelahnya langkah, tersimpan keagungan pencarian. Ia adalah kita, dan kita adalah dia.
Dalam setiap detil karya ini, kita disapa oleh bisikan spiritualitas, oleh dorongan untuk terus mendaki dalam hidup, dan oleh harapan yang bersinar di balik segala rintangan. The Majestic Devotion bukan sekadar karya visual; ia adalah pengalaman. Sebuah kontemplasi tentang perjalanan menuju pemaknaan yang lebih tinggi—bahwa keindahan sejati bukan terletak pada kemudahan, tetapi pada ketulusan melangkah.
Sabar Subadri, lewat karyanya, mengajak kita untuk percaya: bahwa meski dunia keras dan tak sempurna, cahaya di puncak itu nyata. Dan siapa pun yang setia menapakinya, akan tiba. (*)




