Semarang – Gelaran baca puisi Kebangsaan yang ditaja Satupena Jateng kolaborasi dengan Dinas Arsip dan Perpustakaan (Dinarsipus) Provinsi Jawa Tengah.Pembacaan puisi yang dikuti para penulis anggota Satupena ini digelar di Pendopo Beranda Dinarsipus), Jawa Tengah, Jalan Sriwijaya 29 A, Semarang, Kamis (22/02/2024) di tengah arena Book Fair 2024..
Ketua Umum Satupena Jateng Gunoto Saparie dalam sambutannya mengatakan, hajat Satupena bareng Dinarsipus Jateng mengambil tajuk Puisi Kebangsaan bertujuan untuk merekatkan kembali dan memperkuat rasa kebangsaan diantara kita yang sempat renggang. Selain itu, kegiatan ini merupakan salah satu langkah untuk mengkampanyekan literasi kepada masyakat.
“Kita baru saja melalui peristiwa bersejarah pemilihan umum yang penuh dengan dinamika. Bisa jadi pada saat proses dan tahapan-tahapan Pemilu kita sempat bersitegang momen pembacaan puisi kebangsaan ini menjadi salah satu langkah untuk mencairkan sehingga suasana kehidupan berbangsa dan bernegara kembali harmonis,” ujar Gunoto.

Kepala Bidang Pengelolaan Bidang Perpustakaan Dinarsipus Jateng Listiyati Purnama Rusdiana sangat mengapresiasi gelaran Parade Baca Puisi Kebangsaan yang digelar Satupena Jateng ini. Diharapkan kerjasama dan sinergitas program seperti ini bisa terus berlangsung.
“Kami terbuka untuk bekerja sama dengan komnitas dan organisasi bergerak di bidang literasi. Banyak program pengembangan dan pembinaan litearsi yang mungkin bisa disinergikan,’ ungkap Listiyati.
Para penyair yang tampil membacakan puisi dalam hajat ini yaitu; Marleen Monas, Yusri Yusuf, Merry Nova, Maya Dewi, Tirta Nursari, Gunoto Saparie, Okta, Siti Fatimah, Wati Dirsan dan Didiek MS.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum Satupenajateng Gunoto Saparie membacakan puisi esai karya Denny J.A bertajuk ; Puisi Kaum Minoritas.
Coba simak penggalan puisi ini yang mempertanyaan persoalan toleransi dan kemanusian ;
Dari runtuhan gera yang dibakar
Masih terdengar lagu Ave Maria
Dari Runtuhan Masdjid yang dirusak
Masih terdengar adzan magrib
“Siapa yang membela kita, ibu?”
Tanya bocah menangis kelu
Simak juga bait puisi karya H.Ahmad Mustofa Bisri bertajuk; “Negeriku” yang dbacakan Maya Dewi berikut ini :
mana ada negeri sesusubur negeriku
sawahnya tak hanya mnumbuhkan padi, tebu, jagung
tapi juga pabrik,tempat rekreasi dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burng indah piaraan merekaberasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
Sedangkan Ketua Satupena Kabupaten Semarang Tita Nursari membacakan puisi esai karya sendiri bertajuk : “Langit Masih Berkabut di Negeriku” . Coba simak penggalan bait-bait puisi yang mencerminkan negeri kita tterkini.
Ini sepenggal kisah dari sebuah negeri
yang masyur dengan pekat senyum manisnya dan sapa hangat rakyatnya
Namun kali ini di antara kibaran panji, senyum-senyum terjejal buntalan koran, pekat beraroma propaganda
Dan basa-basi menjadi basi
Ini hari matahari mestinya rebah
Namun panasnya masih terasa di panggung-panggung debat yang mestinya terhormat dengan argumentasi berdasar fakta yang bisa dipertanggungjawabkan dengan akal nalar dan logika
Namun debat kini hanya serupa debat kusir
Saling nyinyir dan saling sindir
Isu dinasti dan pecah (Christian Saputro)




