Semarang — Gedung Ki Narto Sabdo Baru, jantung kesenian di kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Semarang, Sabtu (18/10/2025) kembali akan bergema oleh tepuk tangan meriah saat lakon Semar Mbangun Khayangan dipentaskan oleh Wayang Orang Ngesti Pandowo. Dengan sentuhan sutradara Budi Lee, garapan ini tak hanya memanjakan mata, tapi juga mengajak penonton menyelam ke dalam kebijaksanaan lokal dan perenungan spiritual.
Lakon klasik ini mengisahkan tentang kekacauan yang terjadi di Kahyangan—rumah para dewa—ketika hukum langit mulai timpang dan kekuasaan kehilangan arah. Dalam kegentingan itu, justru Semar, sang punakawan yang renta dan sederhana, ditugaskan untuk membangun kembali keseimbangan langit. Lewat laku hening, welas asih, dan teguran yang membumi, Semar hadir sebagai simbol kekuatan moral dari rakyat kecil yang jujur dan bijak.
Pagelaran yang dikoreografi dengan apik oleh Paminto Krisna dan diiringi musik garapan Githung Swara ini tampil megah tanpa kehilangan keintiman. Kostum tradisional, pencahayaan artistik, dan tata gerak yang ritmis menjadikan panggung sebagai ruang spiritual yang hidup.
“Semar di sini bukan hanya tokoh pewayangan, tapi juga cermin masyarakat kita hari ini,” ujar Budi Lee. “Dalam dunia yang gaduh dan serba cepat, kita butuh tokoh yang mengingatkan: kekuasaan harus dilandasi kebijaksanaan.”
Pertunjukan ini terbuka untuk umum dan juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube DISBUDPAR Kota Semarang, sebagai bagian dari upaya menjadikan Semarang sebagai simpul ekonomi Jawa melalui seni budaya.
Semar Mbangun Khayangan bukan sekadar tontonan, tapi ajakan untuk membangun kahyangan dalam diri sendiri: ruang batin yang damai, adil, dan penuh welas asih. Sebuah pesan yang relevan, di tengah dunia yang semakin haus akan keadilan dan kemanusiaan. (Christian saputro)