Bandar Lampung — Setelah sekian lama berjalan tanpa arah yang terorganisir, seni rupa di Lampung kembali menunjukkan geliatnya. Forum Perupa Lampung, sebuah komunitas berisi sekitar 80 seniman visual, menggagas langkah konkret dengan menyelenggarakan pameran.
Gelaran pamean seni rupa bertema “We Take Action” yang dikuratori Joko Irianta ini sebagai bentuk reaksi atas kondisi sosial dan kesenian di Lampung ini bakal ditaja di Gedung Pameran Taman Budaya Lampung, Bandar Lampung, dari 23 – 29 Agustus 2025.
David dari Media Art mengatakan, pameran ini terbuka untuk para perupa yang berdomisili di Lampung. Untuk panitia membuka pendaftaran secara terbuka untuk link juknisnya bisa diakses di https://shorturl.at/yFM1Q
Gagasan ini bermula dari diskusi santai bertajuk “Obras” (Obrolan Santai) yang berlangsung pada 3 Mei 2025 di kawasan wisata Sumur Putri, Bandar Lampung. Dalam suasana sejuk dan alami di bawah gemericik air Kali Akar, sebanyak 15 perupa berkumpul, termasuk kurator dan tokoh seni seperti Joko Irianta, Damsi Tarmizi, Al Mizer, Andri Sugiarto, serta David selaku penggagas forum.
Diskusi yang awalnya hanya berbagi pandangan mengenai kondisi seni rupa Lampung, berkembang menjadi rencana aksi nyata. Belum ada kesepakatan pada pertemuan pertama, namun forum ini berlanjut secara daring melalui grup WhatsApp, hingga akhirnya diputuskan untuk mengadakan diskusi lanjutan di Taman Budaya Lampung, 3 Juni 2025.
Dalam pertemuan di Taman Budaya tersebut, Forum Perupa Lampung menyepakati pelaksanaan pameran “We Take Action” bekerja sama dengan Media Art, lembaga yang aktif menyelenggarakan kegiatan seni rupa di provinsi ini.
Ketua pelaksana pameran, Damsi Tarmizi, menyatakan bahwa tema pameran mengangkat isu sosial dengan fokus pada kesetaraan dan kejujuran dalam berkarya. “Kejujuran seorang seniman bisa terlihat dari karyanya. Apakah ia benar-benar berbicara tentang realitas, atau sekadar kamuflase visual,” ujarnya.
Sementara itu, David, penggagas pameran, menilai bahwa geliat seni rupa Lampung sejatinya sudah berjalan sejak 2014. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah pameran tematik telah menjadi bagian dari perjalanan seni rupa di daerah ini.
Menurut David yang juga dikenal sebagai kurator ada beberapa pameran penting yang pernah digelar di Lampung antara lain: pameran “Konspirasi Bentuk” (2014), membahas persoalan kesenian lokal., “Sinau” (2015), pameran edukatif hasil kerja sama dengan Kemdikbud, “Spirit Khua Jukhai” (2017), pameran keliling Galeri Nasional Indonesia yang menghadirkan karya maestro nasional, “Akulturasi” (2018), yang mencerminkan keberagaman budaya di Lampung, “Transformasi Estetika Sumatera” (2019), dalam rangka Pekan Seni se-Sumatera, “Teropong” (2023), pameran reflektif terhadap kondisi sosial masyarakat dan “Spektrum Nusantara” (2024), yang mengangkat keberagaman budaya Nusantara.
Pameran “We Take Action” diharapkan menjadi momentum baru dalam membangun kembali ekosistem seni rupa di Lampung secara berkelanjutan. “Seni rupa Lampung tak perlu lagi menunggu hujan turun dari pegunungan. Sudah saatnya tumbuh di atas batu yang keras, kuat, dan mandiri,” pungkas David. (Christian Saputro)