Semarang — Satu lagi tonggak bersejarah akan kembali menggema di Kota Semarang. Gedung Kesenian dan Cagar Budaya Sobokartti merayakan ulang tahunnya yang ke-96 pada Sabtu, 25 Oktober 2025, dengan kemasan acara seni dan budaya yang sarat makna.
Menurut Ketua Panitia HUT Sobokartti ke-96 Darmadi didampingi Sekretaris Yudha Pambayun perayaan akbar yang digelar di gedung bersejarah di Jl. Dr. Cipto No. 31–33 Semarang ini akan berlangsung sejak sore hingga malam hari, menampilkan beragam pertunjukan dari siswa-siswi Sanggar Sobokartti seperti tari tradisi, macapat, dan karawitan anak-anak.
Puncak perayaan di malam hari akan diisi dengan pentas kolaborasi bertajuk “Pandawa Timbul”—sebuah garapan istimewa yang memadukan tiga bentuk seni pertunjukan sekaligus: wayang kulit, wayang sandosa, dan wayang orang dalam satu panggung.
“Kolaborasi ini menjadi sajian baru bagi publik. Kami ingin menghadirkan pengalaman menonton yang utuh — sekaligus bentuk penghormatan kepada akar seni tradisi yang telah lama hidup di Sobokartti,” ujar Darmadi,
Lakon “Pandawa Timbul” mengisahkan masa pengasingan para Pandawa setelah kalah dalam permainan dadu melawan Kurawa. Cerita berfokus pada perjalanan para Pandawa selama 12 tahun di hutan hingga akhirnya mereka kembali muncul untuk menegakkan keadilan.
Tak hanya panggung seni, kawasan Sobokartti juga akan dipenuhi dengan stand kuliner UMKM binaan warga sekitar. Festival ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya, menjadi ruang silaturahmi budaya antara masyarakat, seniman, dan pelaku seni muda.
Gedung Sobokartti sendiri bukan sekadar tempat pertunjukan. Ia adalah saksi sejarah perjuangan Semarang, terutama dalam pertempuran 15 Oktober 1945, saat para pemuda Semarang berhadapan dengan tentara Jepang. Sebagian pejuang yang gugur kala itu dimakamkan di halaman gedung ini sebelum akhirnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan.
Didirikan pada 5 Oktober 1929 atas prakarsa Mangkunegara VII, arsitek Ir. Herman Thomas Karsten, dan Bupati Semarang kala itu, Sobokartti hingga kini tetap tegak sebagai pusat pendidikan, pelestarian, dan demokratisasi seni budaya Jawa.
“Spirit para pendiri adalah menjaga kebudayaan agar tidak sekadar dikenang, tapi terus hidup dan beradaptasi dengan zaman,” ungkap Djamil Soetrisno , Ketua Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti.
Melalui Sobokartti Festival 2025, semangat itu kembali dihidupkan—bahwa dari panggung tradisi yang berusia hampir satu abad, selalu lahir gagasan baru tentang kebudayaan yang membumi dan menyatukan. (Christian Saputro)




