Sumaterapost.co | Semarang – Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti menggandeng Sangkatama Upgris menggelar hajat mengusung tajuk Kenang Karya Ki Nato Sabdo (K3NS) di Gedung Sobokartti, Jalan Dr.Cipto 31–33, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/3/2022).
Perhelatan yang ditaja sekaligus utuk memperingati hari ulang tahun perkumpulan Sobokartti ke-102. Selamatan brdirinya Patung Ki Narto Sabdo dan merayakan gamelan Diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak Benda dari Indonesia.
Perhelatan ini diawali dengan ziarah ke makam Ki Narto Sabdo. Seniman musik dan dalang legendaris yang dilahirkan di Klaten 25 Agustus 1925 ini wafat di Semarang 7 Oktober 1985, dimakamkan di TPU Bergota Semarang.

Kemudian dilanjutkan ritual jamasan patung Ki Narto Sabdo yang berlokasi di Persimpangan Pemuda Pasar Johar, Semarang. Ki Narto Sabdo ditabalkan menjadi pahlawan nasional pada november 2021 sebagai pahlawan budaya.
Gelaran acara ini dapat terselenggara berkat semangat gotong-royong dengan dukugan Pemerintah Kota Semarang, Pemprov Jateng, Upgris, Keluarga Besar Marhaenis, Lembaga dan Kebudayaan Nasional Kota Semarang dan Jateng.

Adapun acara malam puncak Kenang Ki Narto Sabdo, helat Kenang Karya Ki Narto Sabdo (K3NS) ditaja pagelaran wayang kulit padat yang mengusung lakon yakni, Becik Ketitik ala Ketara (Gandamana Luweng) dengan menghadirkan 4 dalang muda yaitu Ki Jagad Bilowo (Sangkatama Upgris), Ki Nova Adi (Padamu Sobokartti) dan Ki Andro Wakawimbang (STIE Bank BPD Jateng), Ki Agustinus Kelik Suliantoro (RGM) dengan pnggarap naskah dan iringan Ki Suradji Hadi Kusumo.
Ketua Umum Perkumpulan Sobokartti Djamil Soetrisno dalam mengatakan, kegiatan perhelatan Kenang Karya Ki Narto Sabdo (K3N) ini sedianya agenda acaranya dipersiapkan dengan kirab dari Patung Ki Narto Sabdo ke Gedung Sobokartti dengan dimeriahkan dengan pergelaran karawitan siswa.
“Namun karena pandemi pergelaran wayang tetap diadakan disiarkan melalui Live Streaming dan juga melalui kanal RRI Semarang,” ujar Mbah Tris panggilan akrab Ketum Sobokartti.
Ketua Panitia K3NS Ir.Sumarni mengatakan, bahwa kegotong-royongan menjadi kunci sukses gelaran acara malam K3NS dan HUT ke 102 Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti. Kegiatan K3NS ini banyak diwarnai dengan keterlibatan anak-anak muda baik pada karawitan maupun dalangnya.
“Kini menunjukkan bahwa para generasi milenial mau berkecimpung dan nyengkuyung dalam kegiatan budaya. Ini menunjukkan bahwa warisan budaya leluhur berupa karawitan dan wayang masih tetap eksis di tengah gempuran budaya asing,” tandas Sumarni.
PLT Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono dalam sambutannya, sangat mengapresiasi Sobokartti yang dengan rutin menggelar acara baik berupa wayang, tari maupun karawitan.
Sapto mengapresiasi dan berterimakasih dengan pergelaran Kenang Karya Ki Narto Sabdo (K3NS) salah satu sosok maestro budaya kebanggan kota Semarang.
Sementara itu, penggarap naskah dan iringan Ki Suraji Hadi Kusumo mengatakan, pemilihan lakon wayang yang diusung bertajuk, Becik Ketitik ala Ketara yang mengacu kepada lakon Gandamana Luweng ini bercermin dari kondisi sosial negara kita yang belakangan ini sangat mengkhawatirkan.
“Situasi Negara yang carut marut ditambah dengan berita hoax dan fitnah memberikan ilham untuk mengusung lakon ini yang sesuai dengan keadaan keseharian terkini,” ujar alumni Condong Raos.
“Dikisahkan dalam pergelaran Arya Gandamana seorang patih di negara Hastinapura yang difitnah Sengkuni sehingga akibat fitnahan tersebut Gandamana terpaksa meninggalkan jabatan patih dan pulang ke tanah airnya,” ujar Suradji.
Sebelum pagelaran wayang dipentaskan tari Gambyong dan Kudangan, Ki Suradji mengatakan, tari Kudangan sengaja ditampilkan berkaitan dengan acara mengenang karya Ki Nartosabdho dan kudangan sendiri bukan sekedar kudangan atau harapan terhadap anak, istri dan keluarga.
“Kudangan mempunyai makna lebih luas yaitu, harapan hadirnya sosok pemimpin yang bisa melayani dan melindungi warganya,” ujar Suraji membeber filosofinya.
Gambar Sang Maestro dalang Ki Narto Sabdo dikirab lanjutkan dengan pembacaan kidung dan geguritan tentang Ki Narto Sabdo dilanjutkan dengan penyerahan tokoh wayang kepada para dalang sebagai penanda dimulainya pagelaran Becik Ketitik ala Ketara.
(Christian Saputro)