Sumaterapost.co | Sergai – Pembangunan jembatan Naga Kesiangan diduga tidak sesuai dengan aturan pengerjaan pembangunan proyek jembatan. Warga yang bertempat tinggal di Desa Naga Kesiangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Serdang Bedagai (Sergai),Sumatera Utara, menduga campuran coran tiang beton dan besi yang digunakan tak sesuai ukuran (Bestek).
Hal ini kata warga setempat tampak terlihat dari lantai jembatan maupun ukuran besi tiang beton yang digunakan untuk menyangga jembatan diduga tak sesuai ukuran peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan suatu pekerjaan bangunan atau proyek jembatan.
Amatan wartawan di lokasi, pada pemasangan tikar besi yang menggunakan besi beton 12 mm polos, patut diduga coran semen pasir dan batu tak melekat di besi tersebut.
“Seharusnya pemasangan tikar besi beton lantai jembatan tersebut harus menggunakan jenis besi beton ulir 12- 16 mm. Jenis besi ini lebih bagus daripada besi beton polos dalam hal kuat tarik dan kuat tekan ketika dipadukan dengan beton siap pakai (ready mix concrete). Hal ini terjadi karena permukaan besi ulir yang bergerigi dan berulir membuat daya lekat antara beton dan besi lebih erat dan kuat,” ujar Anto warga sekitar, Jum’at (25/3/2022).
Menurut Anto, jembatan Naga Kesiangan ini kerap dilalui kendaraan dan tonase yang besar.
“Karena getaran dapat menimbulkan keretakan pada lantai jembatan ini. Kita lihat lah ini sudah pada berlubang, sehingga karena berlubang ini lah kita tau besi jenis yang bagaimana yang digunakan pada jembatan ini,” ujar Anto.
Besi bentuk ulir berpotensi menciptakan daya lekat (ikatan) yang lebih kuat terhadap beton karena ulir akan menahan gerakan tulangan terhadap beton.
“Kalau saya tidak salah, ketahanan tekan besi ulir minimal 400 Mpa (Megapascal) atau 1,67 kali lebih baik dari besi polos,” ujar Anto.
Informasi yang dihimpun, sesuai dengan namanya, besi beton polos memiliki bentuk dan struktur yang polos dan bundar memanjang.
Besi beton polos memiliki tingkat ketahanan 240 Mpa (Megapascal), sehingga besi polos banyak digunakan untuk pembangunan proyek kecil seperti rumah.
“Jadi, jika kita mau membangun suatu bangunan terutama besi yang kuat utamakan lah menggunakan besi ulir. Jadi saya rasa besi yang digunakan dalam pembangunan jembatan ini tidak sesuai,” ujar Anto.
Sementara itu, pembangunan jembatan di Desa Naga Kesiangan ini sebelumnya menghabiskan dana Rp 4.914.332.500,00 dari sumber dana APBD Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, anggaran tahun 2019 yang dikerjakan oleh CV. Wendy.
Tidak hanya sampai di situ, bahkan beberapa bulan setelah jembatan ini diresmikan pada tahun 2020 oleh Bupati Sergai, H Soekirman, jembatan sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan yang bertonase besar, karena 6 tiang coran pondasi baru berbentuk bulat penyangga jembatan patah.
Sementara itu menurut Anto, pondasi beton penyangga lantai jembatan yang lama bukan bangunan baru dan memang sudah ada sejak lama masih kokoh berdiri.
“Iya gak bisa dilalui oleh kendaraan berat saat beberapa waktu lalu setelah diresmikan. Karena 6 tiang coran pondasi bulat yang baru patah dan keadaan pondasinya saat itu bergantung, karena tergerus derasnya air yang cukup tinggi akibat intensitas curah hujan yang deras. Sedangkan pondasi beton a yang lama masih kokoh berdiri,” ujar Anto.
Namun, saat ini jembatan yang dibangun dengan menghabiskan dana Rp 4,9 miliar, masih dalam perbaikan pondasi yang juga di kerjakan oleh CV. Wendy dengan biaya Rp 1.180.358.000,00 sumber dana DSP/BPBD.
(Bambang)




