Oleh Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis pencatat sejarah dan penyuka seni budaya tinggal di Tembalang Semarang
Sastrawan Lampung, Udo Z. Karzi, kembali mencatat sejarah penting bagi sastra daerah dengan meraih Hadiah Sastra Rancage 2025 untuk kategori sastra Lampung melalui karyanya Minan Lela Sebambangan: Selusin Cerita Buntak. Ini menjadi kemenangan ketiganya dalam ajang bergengsi tersebut, setelah sebelumnya memperoleh penghargaan serupa untuk buku puisi dan novel.
Merayakan Budaya lewat Cerpen
Karya yang dinilai kuat secara estetik dan kultural ini diumumkan sebagai pemenang oleh Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage, Etti RS, dalam acara penghargaan di Gedung Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung. Lewat cerpen-cerpennya, Udo menghadirkan kembali sebambangan—tradisi perkawinan adat Lampung—dengan pendekatan sastra yang memikat dan kontemporer.
Menurut juri, karya ini mampu menghadirkan potret autentik masyarakat Lampung, termasuk unsur budaya seperti urau, warahan,dan sagata, tanpa kehilangan daya tarik naratif bagi pembaca masa kini.
Refleksi atas Krisis Regenerasi
Dalam wawancaranya, Udo menyampaikan kebanggaan sekaligus keprihatinan. “Saya menang bukan karena ketatnya persaingan, melainkan karena sedikitnya karya yang bisa dinilai,” ungkapnya. Hal ini sejalan dengan temuan Etti RS bahwa sebagian besar sastrawan daerah kini telah berusia lanjut, sementara regenerasi berjalan lambat.
Harapan untuk Masa Depan
Dengan penghargaan ini, Udo berharap semakin banyak penulis muda Lampung yang bersuara dan menulis dalam bahasa daerahnya. “Kalau kita tidak menulis, sastra daerah bisa punah. Karya sastra adalah nyawa budaya,” ujarnya penuh harap.
Minan Lela Sebambangan bukan hanya kumpulan cerita. Ia adalah cermin peradaban, upaya dokumentasi, dan sekaligus ajakan agar kita kembali menengok akar. Sebuah peringatan lembut, bahwa bahasa dan budaya tak akan hidup tanpa mereka yang bersedia menuliskannya.(*)




