Semarang — Suasana hangat dan penuh warna menyambut pembukaan Wheels of Hope Art Festival 2025, yang digelar Rotary Club of Semarang Bimasena di Tekodeko Koffirhuis, Kota Lama,Semarang, Minggu (07/12/2025). Festival seni yang mengusung semangat inklusi ini dibuka secara simbolis dengan diketuknya singing bowl sebanyak tiga kali oleh District Governor Rotary 3420, Dyah Anggraeni, menandai dimulainya rangkaian kegiatan seni dan pemberdayaan yang menyatukan seniman Kota Semarang dengan komunitas difabel.
Sehari sebelumnya, pada 6 Desember, panitia telah merampungkan pemasangan karya—sebanyak 29 karya dari 26 seniman—yang memvisualkan beragam perspektif tentang perjalanan hidup, pengalaman batin, serta harapan terkait isu disabilitas. Karya-karya tersebut menjadi inti pameran yang mengambil pendekatan naratif humanis: seni sebagai jembatan empati.

Ruang Ekspresi yang Setara: Art Exhibition dan Art Jamming
Wheels of Hope tidak hanya menghadirkan pameran, tetapi juga pengalaman. Melalui agenda Art Jamming pada 14 Desember mendatang, publik diajak berkarya bersama seniman dan kawan-kawan difabel dalam suasana yang kolaboratif. Peserta dapat mencoba membuat sketsa dan menggambar bersama, membuka ruang dialog kreatif sekaligus mendorong kesadaran bahwa setiap orang memiliki cara unik dalam mengekspresikan diri.
Aktivitas ini diharapkan menjadi ruang temu yang hangat—bukan hanya antara seniman dan pengunjung, melainkan juga antara masyarakat umum dan penyandang disabilitas.
Pernyataan Penyelenggara: Seni sebagai Gerak Kemanusiaan
PIC acara Wheels of Hope Art Festival, Rotarian Antonius, menegaskan bahwa festival ini dirancang sebagai ruang yang benar-benar inklusif.
> “Kami ingin menghadirkan ruang yang terbuka bagi semua, tempat kreativitas tidak dibatasi kondisi fisik. Seni adalah cara kita bertemu sebagai manusia—setara, tulus, dan penuh harapan,” ujarnya.
Sementara itu, Linggayani Soentoro, President Rotary Club of Semarang Bimasena, menyampaikan bahwa festival ini merupakan bagian dari komitmen panjang Rotary untuk memastikan tidak ada individu yang tertinggal dari ruang partisipasi sosial.
> “Keberagaman bukan hanya diterima, tetapi dirayakan. Melalui seni, kita belajar menghargai nilai setiap individu dan menggerakkan roda kemanusiaan bersama-sama,” tegasnya.
Makna “Wheels of Hope”
Konsep Wheels of Hope lahir dari simbol roda—ikon Rotary yang melambangkan keberlanjutan gerak, kolaborasi, dan dedikasi untuk melayani. Bagi banyak penyandang disabilitas, roda juga merepresentasikan mobilitas, kemandirian, dan harapan untuk terus bergerak maju.
Festival ini mengajak publik melihat bahwa setiap individu, tanpa memandang kondisi fisik, memiliki potensi untuk bermimpi, berkarya, dan berkontribusi.
Serangkaian Agenda Pendukung
Penyelenggaraan festival ini bersanding dengan Wellness Talkshow: “SPORTABILITY – Gerak Tanpa Batas”, bagian dari Rotary Wellness Movement 2025. Talkshow tersebut menyoroti kisah-kisah inspiratif serta wawasan praktis terkait aktivitas fisik inklusif bagi semua kalangan. Semangat pemberdayaan inilah yang kemudian diteruskan ke ruang kreatif Wheels of Hope Art Festival.
Komitmen untuk Ruang Inklusif di Semarang
Melalui festival ini, Rotary Club of Semarang Bimasena menegaskan komitmennya untuk menyediakan ruang yang aman, setara, dan penuh empati bagi komunitas difabel. Wheels of Hope Art Festival 2025 dibuka untuk masyarakat umum, menjadi undangan bagi siapa saja yang ingin ikut serta mendorong perubahan sosial melalui seni.
Dengan hadirnya festival ini, Semarang kembali menunjukkan bahwa kota ini tidak hanya tumbuh sebagai ruang urban yang dinamis, tetapi juga sebagai kota yang memberi tempat bagi keberagaman manusia dan ekspresi kreatif tanpa batas. (Christian Saputro/ril)




