Istano Basa Pagaruyung, Ukiran Bungo Saik Ajik Balut “Aluang Bunian” di Biliak Mahligai

Sumaterapost.co – Bangunan yang ditopang oleh 72 tiang ini beratapkan ijuk (serabut kulit luar pohon aren) dengan sebelas gonjong (ujung atap) yang runcing seperti tanduk kerbau gagah menusuk langit, Istano Basa ini memilik tiga lantai yang istimewa dan semua bangunan bersejarah ini dibalut dengan 60 lebih ukiran pahatan tangan dimana setiap ukirannya mengandung makna dan filosofi budaya Minangkabau.

Kali ini penulis akan mendalami salahsatu ruangan yang ada di dalam Istano Basa Pagaruyung, dimana ruangan tersebut berada pada lantai tiga dan disebut sebagai Biliak (ruangan) Mahligai.

Biliak mahligai ini adalah sebuah ruangan yang sangat khusus dan konon berfungsi sebagai ruangan penyimpanan barang-barang berharga milik kerajaan, termasuk sebuah peti yang berbalut ukiran guna menyimpan Mahkota Raja, Peti khusus itu dinamakan “Aluang Bunian.”

Aluang Bunian yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang berharga ini terbuat dari kayu yang diukir dengan pahatan tangan, ukiran tersebut dinamakan dengan ukiran Bungo Saik Ajik, jadi jika kita melihat sebuah kotak kayu yang berukiran Saik Ajik tentunya bisa dipastikan didalmnya terdapat barang-barang berharga.

Didalam Biliak Mahligai ini, setidaknya terdapat sebelas macam bentuk ukiran pahatan tangan yang menghiasi dinding,bandua hingga atap plafonnya,
Kita mulai dari ukiran paling bawah atau ukiran yang terletak pada dinding paling bawah, ukiran ini dinamakan dengan ukiran Kudo Manyipak dimana memiliki filosofi sebagai semangat juang.

Pada barisan kedua dari lantai terdapat ukiran Aka Satangah Gagang yang memiliki makna sebagai pengikat dalam semangat juang, selanjutnya adalah ukiran sijamba makan, Aka Sagagang, Aka Sitangah Gagang pengunci kambang manih yang dibatas xengan ukiran Saik Ajik.

Ukiran tirai runciang yang mewakili kaula muda sebagai penerus,ukiran Daun Bodi kepunyaan Datuak parpatiah nan sabatang juga ikut menghiasi dinding Biliak Mahligai ini dan ditutup dengan ukiran Jalo Taserak yang memilik makna sebagai pemersatu semangat anak kemenakan.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap makna-makna tersirat dalam benda-
benda budaya tradisional, khususnya seni ukir tradisional Minangkabau, perlu dilakukan peninjauan pada masa lampau yang dapat mengungkapkan latar belakang sejarah dan kebudayaan benda-benda budaya tradisional tersebut. Gambaran tentang pandangan hidup masyarakat Minangkabau diungkap dalam Tambo Alam Adat Minangkabau, yaitu lukisan sejarah tradisional Minangkabau atau historiografi tradisional Minangkabau
(Abdullah, 1974: 8). Di dalam tambo itu terdapat pantulan-pantulan sikap manusia dan masyarakat Minangkabau terhadap alam, manusia dan masyarakat, serta manusia dengan Maha Pencipta.
Rujukan by, Aisyah, Siti. Pola Dasar dan Makna Ukiran Motif Rumah Gadang