Semarang – ‘Iki Buntu: Fest I’ Kampung Petemesan yang digelar Kolektif Hysteria, 13 -14 Juli 2024 dimeriahkan dengan gelaran pertunjukan Wayang Potehi. Kampung Petemesan merupakan daerah kampung- kota yang berada di wilayah Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah, Kota Semarang. Kampung Petemesan sendiri sudah berjejaring dengan Kolektif Hysteria, Semarang, sekira tahun 2012 silam.
Petemesan memiliki bentuk geografis yang unik, terletak di tengah Kota Semarang dan masuk dalam Kelurahan Purwodinatan, RT 003/ RW 004, Kecamatan Semarang Tengah, Jawa Tengah.

“Sebenarnya secara administratif, Kp. Petemesan tidak hanya satu garis lurus itu. Dia meliputi beberapa wilayah yang ada di sebelahnya. Namun, menurut peta Kolonial, daerah Petemesan dulunya ya hanya satu line itu yang berujung pada gang buntu,” terang Nella Ardiantanti Siregar.
Nella menambahkan, letak geografis tersebut, menjadi salah satu alasan diangkatnya tema tersebut. Di mana sering didapati masih banyak orang ‘kecelik’ saat melalui jalan tersebut, karena mengira akan tembus ke akses jalan lain, padahal buntu.
“Itulah, mengapa kami mengambilnya tema event ini ‘Iki Buntu: Fest I’, karena seringnya orang yang lewat jadi ‘kecelik’ tadi,” kata Nella.
Dalam helat festival yang digelar selama dua hari, Sabtu – Minggu (14-15 /7/2024), Nella mengatakan Kolektif Hysteria menghadirkan kembali tontonan yang sudah tidak ada lagi di Petemesan, yaitu, Wayang Potehi.
Nella menjelaskan bahwa Wayang Potehi dulunya adalah salah satu kesenian rakyat yang berasal dari Kp. Petemesan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, gelaran wayang yang dibawa oleh warga Tionghoa dari daratan China itu sudah tidak ada lagi. “Wayang Potehi dulu berasal dari sini. Tapi sekarang sudah punah,” kata Nella lagi.
Sementara itu, Alyanisa Lintang, selaku salah satu Kepala Proyek ‘Iki Buntu: Fest I” mengatakan bahwa Wayang Potehi Tek Gie Hien, berasal dari Gang Pesantren No.326.
“Sebenarnya, mereka (kelompok Wayang Potehi Tek Gie Hien) nggak punya tempat khusus untuk sanggar. Tetapi memang awalnya memakai rumah keluarga di Gang Pesantren No.326 untuk menaruh barang-barang pertunjukan,” kata Alyanisa Lintang. Sedangkan untuk latihannya justru sering di Klenteng Tay Kak Sie, Semarang,” lanjut dia.
Lebih lanjut, Alya, memaparkan, bahwa Wayang Potehi Tek Gie Hien sudah ada sejak 1960-an di Kota Semarang. Di mana pertama kali didirikan oleh WS. Thio Tiong Gie, atau Teguh Chandra Irawan.
“Dalang Potehi Thio Tiong Gie meninggal pada 20 Agustus 2014, kemudian diteruskan oleh anak kelimanya, Thio Hauw Lie atau Herdian Chandra Irawan yang sekarang jadi dalangnya,” ungkap Alya.
Pada pamuncak acara “Iki Buntu Fest I” digelar acara nonton bareng gelaran Wayang Potehi. Warga Kampung Petemesan dan sekitarnya, tua dan muda, besar dan kecil menonton takzim cerita mengikuti cerita yang dibabar sang dalang. “Ada yang duduk lesehan atau yang menikmati tontonan sambil berdiri. Banyak anak-anak kecil yang berkerumun hingga pertunjukan usai,” ujar Alya.
Wayang Potehi Tek Gie Hien mengusung lakon berjudul “Pui Se Giok”. Sebuah cerita yang mengisahkan Pui Se Giok, seorang ahli beladiri kungfu dari Dinasti Qing yang memperjuangkan keadilan dan membela kelaliman.
Lakon ini menjadi salah satu kisah legendaris turun temurun yang menonjolkan bhakti, persahabatan, kesetiaan, serta semangat juang. Meski ini pertama kali mengadakan festival dengan mendatangkan pagelaran Wayang Potehi, Alya mengatakan jika upaya tersebut diharapkan bisa membawa nostalgia warga setempat mengingatkan memori kolektif supaya tidak melupakan salah satu kesenian lokal yang dulunya tumbuh subur di kawasan itu..
Nella menambahkan berbicara tentang Petemesan, Nella menegaskan bahwa festival kali ini memiliki sub judul ‘Ngulik’. Sebab, setelah berjejaring dengan Kolektif Hysteria selama hampir 12 tahun, baru kali pertama diadakan festival kampung di daerah tersebut.
“Jadi kita juga masih ‘mengulik’ terkait potensi apa saja yang bisa kita olah bersama di Petemesan. Khususnya perihal tradisi, budaya maupun kesenian terhadap hubungannya dengan wacana kampung-kota, seperti jejaring kampung lainnya,” kata Nella.
Lebih lanjut, dibabarkan, Kampung Petemesan menjadi titik keempat dari 10 titik yang masuk dalam Program Purwarupa dari Platform PekaKota, Kolektif Hysteria. Sedangkan para penanggung jawabnya dikatakannya merupakan mantan para peserta PekaKota Institute 2024 yang diadakan beberapa waktu lalu.
“Di mana mereka sudah mendapatkan materi dari para narasumber dan pengisi kelas, untuk selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk praktik melalui Program Purwarupa tersebut,” tandas Nella.
Sedangkan agenda ini menjadi salah satu rangkaian ulang tahun Kolektif Hysteria ke-20, sekaligus termasuk Event Strategis Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. (Christian Saputro)




