Sumaterapost.co – Aceh Timur | Ketua kelompok tani Nibung Raya Lestari Pantai Mak Leuge Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur Propinsi Aceh Abdul Hamid didampingi Sekretaris Bustami Yahya bersama rombongan observasi wisata hutan manggrove di Deli Serdang Sumatera Utara, Sabtu 27 November 2021.
Dalam hal ini ketua kelompok tani Abdul Hamid menyampaikan bahwa Kegiatan ini perlu dilakukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dasar menyangkut dengan pengelolaan hutan Wisata pantai dan persemaian bibit tanaman manggrove di pesisir laut, antara lain Nibung, Birah – birah, myemplong dan jenis lainnya.
Seiring makin meningkatnya pengunjung di Pantai Mak Leuge, Kecamatan Peureulak Aceh Timur yang memiliki panorama alam yang natural tersebut, kelompok tani manggrove perlu melakukan observasi ke Sumatera Utara. Sebagai bentuk kerja nyata dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pengelolaan tempat wisata, penghijauan tanaman manggrove, persemaian bibit tanaman, cara penanaman dan perawatan untuk pelestarikan alam dipesisir pantai,” Kata Bang Hamid sapaan akrabnya
untuk melakukan sebuah perubahan, Kata Hamid, maka perlu dilakukan sebuah kegiatan menyangkut dengan tata kelola Pantai, pelestarian alam agar setiap pengunjung dapat merasakan kenyamanan dan keindahan alam khususnya di Pantai Mak Leuge. Terangnya
Ia juga menjelaskan, Hasil wawancara kami dengan pengelola hutan wisata manggrove Mahmud Sitohang di Kecamatan Percut Sei tuan Sumatera Utara, Menurut keterangannya Awal mula tanaman manggrove ini ( myomplong ) berasal dari pulau Jawa yang dikerim melalui program pemerintah untuk kelompok tani di Deli Serdang Sumatera Utara.
Sebelum menekuni penanaman hutan manggrove beliau sempat merantau ke Aceh sekaligus masuk Islam yaitu tepatnya di Dayah Darul Muta’allimin Kruet Lintang pada tahun 1983. Sebagai status meuallaf beliau sempat belajar ilmu agama selama tiga tahun dibawah asuhan Abu Muhammad Yusuf atau yang lebih dikenal Abu Kruet Lintang, Abu Lah, Ayah Bukhari Leuge dan Abu Sanusi.
Sempat juga sekolah di MTS Peureulak, kemudian berladang ke Paya Kambuh pada tahun 1987. Sampai saat ini beliau beliau masih fasih bahasa Aceh.
Akibat berkecamuknya perang didaratan Aceh pada tahun 1990 beliau dengan berat hati harus meninggalkan Aceh kembali ke kampung halaman. Pada tahun 2006 beliau mulai mengembangkan usaha kecil – kecilan dengan membuat kolam pancing serta menanam hutan mangrove jenis Birah – birah dan myomplong untuk menarik minat para pengunjung atau wisatawan baik lokal maupun luar daerah, juga untuk melestarikan alam agar indah dan nyaman bagi setiap pengunjung serta makhluk lainnya. Imbuh Mahmud Sitohang.
Tidak terlepas dari kodratnya, manusia dilahirkan dengan rasa keingintahuan yang mendalam. Setiap peristiwa atau aktivitas kehidupan tidak lepas dari ilmu pengetahuan. Cara mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan adalah observasi yang merupakan salah satu Pengamatan manusia pada obyek terkecil dalam hidup dan kehidupan.
Ditempat yang sama, Bustamam selaku sekretaris kelompok turut menjelaskan, Kegiatan ini dilakukan untuk melihat dan memperhatikan secara langsung didunia nyata, erat kaitannya dengan objek dan fenomena. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pengelolaan wisata pantai, bibitan dan penanaman manggrove, maka perlu lakukan kegiatan pengamatan pada sebuah objek secara langsung dan detail untuk mendapatkan informasi yang benar terkait objek tersebut.
Sebelum kami pamit meninggalkan lokasi beliau memberikan tanda mata beberapa batang pohon birah – birah dan myomplong untuk ditanam di pantai Mak Leuge dengan harapan dapat tumbuh berkembang dialam sana. AP. Kata Bustamam. (TB)